The Naked Traveler |
Kiat Berpakaian di Musim Dingin Posted: 20 Nov 2015 10:58 PM PST Sebulan belakangan ini saya lagi traveling di Jerman dan Canada. Sebenarnya November masih masuk musim gugur, tapi cuacanya sudah dingin… untuk ukuran orang Indonesia. Bagi saya, suhu udara satu digit itu hitungannya dingin. Suhu di bawah 0°C adalah dingin banget. Saya aja heran kok orang betah tinggal di cuaca yang lebih dingin daripada freezer-nya kulkas. Saya pun sering ditanya bagaimana caranya survive di cuaca dingin, apalagi di musim salju. Kuncinya sih satu: berpakaian lah yang benar. Caranya gimana? Perhatikan ramalan cuaca setempat Sebelum sampai di tujuan, perhatikan cuaca setempat – dari situlah ditentukan jenis pakaian apa yang dibawa. Di apps smartphone tentang Weather sudah ada informasi suhu udara, bahkan dapat diketahui jauh hari sebelumnya. Ada suhu rata-rata, ada suhu maksimum dan minimum. Tertera juga apakah hari itu cuaca sunny (ada matahari), cloudy (mendung), hujan air, atau hujan salju. Perhatikan faktor "wind" (kecepatan angin dalam km/jam) dan yang indikator "feels like" karena seringnya suhu "feels like" lebih rendah daripada yang suhu yang tertera. Sebelum keluar rumah, terus pantau kondisi cuaca. Kadang diramalkan disertai hujan (air) sehingga harus membawa payung, atau turun hujan salju sehingga baju/jaket harus ada hood/penutup kepala. Konsep layering Supaya tubuh tetap berasa hangat di cuaca dingin, pakai lah baju berlapis-lapis (layering). Tujuannya untuk "menjebak" panas tubuh supaya tidak "keluar". Layering atasan terdiri dari;
Layering bawahan terdiri dari;
Itu semua tergantung tingkat ketahanan tubuh Anda terhadap dingin. Intinya, kalau masih kedinginan berarti tambah lapisan, kalau kepanasan berarti kurangi lapisan. Tapi jangan sampai keringetan, karena keringat bikin basah, sedangkan basah bikin kedinginan. Ribet yak? Bahan pakaian yang menghangatkan Setelah layering, yang terpenting adalah memilih bahan pakaian. Yang harus diperhatikan adalah baca label putih yang tertera pada baju, biasanya ada di bagian dalam bawah baju. Harusnya ada informasi bahan pakaian (berapa persen bahan A, berapa persen bahan B, dsb), cara mencuci, dan buatan negara mana. Lupakan baju yang biasa kita pakai sehari-hari yang kebanyakan terbuat dari katun. Di musim dingin, bahan katun sama sekali tidak membuat hangat karena katun justru menarik panas tubuh dan menyerap keringat. Bahan pakaian musim dingin yang terbaik adalah yang terbuat dari wol karena berbahan alami dan breathable. Semakin banyak persentasi kandungan wol, maka akan semakin hangat. Sayangnya wol itu berat, maka biasanya dicampur dengan bahan lain, seperti cashmere. Tak heran baju thermal atau sweater yang terbuat dari wol tidak mungkin harganya murah. Pilihan yang lebih terjangkau adalah pakaian yang berbahan fleece. Untuk outer layer, saya pake down jacket, yaitu jaket yang berisi bulu angsa, bahan terbaik untuk menjaga tubuh tetap hangat. Bulu angsa di dalam jaket terbagi dua, yaitu feather dan duck/goose down. Semakin banyak kandungan duck/goose down dibandingkan feather, maka akan semakin hangat dan umumnya semakin tebal dan mahal. Jaket saya kandungannya 80% down dan 20% feather. Bahan luar jaket pastikan harus tahan air dan tahan angin. Pilih lah jaket yang ada hood/penutup kepala karena kalau turun hujan salju orang nggak ada yang pake payung. Kadang penutup kepala ada bulu-bulu di pinggirannya. Maksudnya bukan untuk gaya, tapi untuk menahan serpihan salju masuk ke mata. Kalau tidak suka pakai down jacket, bisa pakai jaket berbahan sintetis – tapi plis pakai lah merk yang memang khusus memproduksi pakaian aktivitas outdoor/gunung karena teknologi mereka sudah terbukti. Celana panjang jeans itu terbuat dari katun jadi sebenarnya sama sekali tidak membuat hangat, kecuali di dalamnya pake base layer. Lebih hangat pake celana berbahan corduroy. Untuk cewek, bisa pake legging berlapis. Saya sih lebih suka pake celana panjang hiking yang berbahan nylon karena meski ringan tapi hangat dan tahan air. Kalau di salju, lupakan jeans. Bayangkan jeans basah.. males kan? Syal, topi, sarung tangan Membuat tubuh hangat berarti sebisa mungkin menutup kulit, termasuk leher, kepala, dan tangan. Syal bukan hanya untuk menutupi leher, tapi juga menjaga agar panas tubuh tidak "bocor" dari jaket. Kepala, terutama kuping, sekali dingin langsung seluruh tubuh berasa dingin, makanya perlu pake topi 'kupluk' atau topi bundar yang menempel di kepala. Sarung tangan tidak terlalu perlu kalau masih kuat, karena toh kita akan jalan sambil memasukkan kedua tangan ke saku. Tapi di suhu minus, sarung tangan sangat bermanfaat untuk menghangatkan. Kalau suhu di bawah -10°C, sarung tangan yang hanya berupa dua kantong jari (jempol dan keempat jari) paling efektif karena keempat jari yang dikantongi bersamaan sama-sama saling membantu menghangatkan daripada jari-jari yang terpisah satu sama lain. Sekali lagi, untuk ketiga aksesoris ini paling baik yang terbuat dari wol dengan bahan dalamnya fleece supaya lembut. Sekali lagi perhatikan label, karena banyak syal yang mirip wol padahal terbuat dari acrylic. Sepatu dan kaos kaki Sepatu di musim dingin idealnya adalah sepatu boot yang waterproof dan tapaknya terbuat dari karet "bergigi" supaya nggak kepleset. Jadi bukan boot gaya yang berhak ya? Udah sering saya lihat orang akhirnya nyeker karena pake boot yang nggak nyaman. Padahal udah tau mau traveling di negara dingin yang banyak jalan kaki, masih juga sok gaya ampe kaki sakit. Saya sih pakenya sepatu trekking yang tahan air karena saya lebih sering berada di cuaca tropis jadi sepatu boot bakal nggak kepake. Untuk kaos kaki, di musim dingin saya pake yang khusus trekking atau yang berbahan wol. Intinya, usahakan kaki jangan sampe basah. Kiat penting lainnya
— |
You are subscribed to email updates from The Naked Traveler. To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |