Selamat Datang di www.cetak-tiketku.blogspot.com, Peluang Usaha Untuk Mengelola Bisnis Penjualan Tiket Di Rumah Anda dengan Mudah ....!


Selamat Datang

Rekan Netter ...

Prospek Bisnis online di bidang penjualan tiket pesawat masih sangat besar peluangnya, selama perusahaan penerbangan masih ada dan dunia pariwisata terus berkembang, bisnis tiket pesawat masih layak untuk dipertimbangkan, hal yang perlu diperhatikan adalah menjamurnya pusat penjualan tiket dimana – mana, sehingga daya saing semakin tinggi, perlu suatu terobosan yang inovatif agar tetap bersaing sehat. Ini lah yang menjadi pertimbangan birotiket.com sehingga membuka peluang bisnis online menjadi biro tiket pesawat secara online dengan modal sedikit tetapi hasil yang sangat luar biasa..

Tahukah anda bahwa Internet juga bisa digunakan untuk menjalankan bisnis jutaan rupiah dengan modal terjangkau? Ya, kini anda dapat memanfaatkan Internet agar dapat menghasilkan jutaan rupiah per bulannya.

BERIKUT INI BUKTI KESERIUSAN KAMI
MENGAJAK ANDA MEMULAI USAHA BISNIS TIKET PESAWAT SECARA ONLINE

Menjadi Biro Tiket Pesawat tidaklah sesulit yang anda bayangkan bisa dilakukan kapan saja dimana saja oleh anda yang berprofesi sebagai karyawan, Pengusaha, ibu rumahtangga, mahasiswa, atau siapa saja! DIJAMIN, Anda tidak ingin melewatkan Peluang berharga ini...

Resiko ? Setiap Bisnis mempunyai resiko, Hal terpenting adalah bagaimana strategi anda mengolah resiko menjadi profit, salah satu cara mencari peluang bisnis dengan nilai investasi yang kecil.

Berapa modal yang anda keluarkan? Untuk menjadi agen penjualan tiket pesawat online sangatlah murah yaitu hanya sebesar Rp. 150000,- saja. Itu tidak seberapa mahal jika dibanding anda menjadi agen penjualan tiket secara offline.

KEUNTUNGAN APA SAJA YANG AKAN ANDA DAPATKAN ?

1. Proses reservasi / booking bisa dilakukan darimana saja dan kapan saja di seluruh wilayah Indonesia.
2. Data yang transparan langsung dari airline.
3. Proses reservasi langsung dilakukan dari sistem airline.
4. Anda bisa mencetak sendiri tiket anda dan penumpang anda bisa langsung terbang.
5. Pembayaran melalui transfer bank sehingga bisa lebih cepat dan akurat.
6. Anda bisa menjual kembali tiket tersebut kepada orang lain dengan harga pasar.

Selain beberapa keuntungan di atas, masih banyak lagi keuntungan yang akan anda dapatkan jika bergabung bersama www.birotiket.com, selengkapnya silahkan klik disini

BISNIS YANG BIASA TETAPI MEMILIKI
POTENSI PENGHASILAN YANG LUAR BIASA


Bergabung? silahkan klik disini

Rabu, 24 Maret 2021

The Naked Traveler

The Naked Traveler


Akhirnya Jadi Ibu Kos!

Posted: 23 Mar 2021 09:00 PM PDT

Rumah (peninggalan orang tua) saya baru saja saya renovasi. Salah satu alasannya karena sebagian rumah mau disewakan alias mau bikin kos-kosan. Maklum sekarang saya tinggalnya sendiri, jadi rumah rasanya kegedan karena kedua orang tua sudah meninggal dan adik sudah keluar rumah. Jadi daripada punya aset nganggur, lebih baik dimanfaatkan bukan?

Sebelumnya saya tinggal di semacam paviliun berukuran sekitar 34 meter persegi di bagian depan rumah yang terdiri dari ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi, plus ada sedikit halaman berpagar. Kamar saya itu lah yang sangat bersejarah sampai menghasilkan 15 buku!

Kamar bersejarah: sesudah (atas) dan sebelum (bawah).

Karena paviliun itu punya akses sendiri maka lebih mudah disewakan tanpa banyak mengubah bentuk bangunan. Saya tinggal menutup tembok belakang, memindahkan pintu ke depan, dan membuat pagar pembatas antara halaman kos dan garasi saya. Sebenarnya sih saya bisa aja bikin kos-kosan 2 pintu, atau sekalian bertingkat jadi 4 pintu, tapi bujet keburu habis karena renovasi seluruh rumah. Lagipula saya nggak komersil amat kok dan nggak mikir BEP (Break Even Point) karena masih jauh dari balik modal. Pun saya masih belum tega mengubah fasad rumah yang dibangun oleh orang tua saya.

Saya lalu browsing untuk mencari tahu berapa saya harus menghargai harga kos-kosan dengan membandingkan harga di sekitar rumah saya, juga bertanya sana-sini bagaimana terms and conditions-nya. Untuk melengkapi fasilitasnya, saya bikin dapur kecil di ruang tamu (dulunya perpustakaan), pasang water heater, pasang instalasi listrik baru dengan dengan sistem token prabayar, pasang router internet yang tercanggih, dan bikin taman. Furnitur yang saya tinggali adalah tempat tidur ukuran queen, bufet warisan buyutnya ibu saya, kulkas kecil, meja dan kursi. Meski bukan kos eksekutif, tapi boleh lah dengan ukuran yang luas berikut taman di depan.

Saya pun mulai sounding di medsos soal buka kos-kosan. Rame juga yang komen pengin ngekos. Saya jadi senewen sendiri. Duh, kayak apa ya ntar si anak kos? Apakah saya harus meng-interview calon anak kos dulu? Gimana kalau nantinya nggak cocok?

Isi rumah kos-kosan yang bekas tempat tinggal saya.

Ndilalah, suatu hari saya ketemu teman lama. Kenalannya sama dia lucu. Pada 2016 saya lagi traveling sendirian di Belgia. Tau-tau ada DM masuk dari mahasiswi Indonesia S2 di Leuven pembaca buku saya yang mau nemenin jalan-jalan. Jadilah kami jalan bareng seharian ke Bruges. Orangnya sepantaran dan asyik juga. Singkat cerita, dia lulus kuliah dan balik ke Indonesia untuk bekerja di Jakarta pertama kali. Saat itu lah dia cerita kalau dia sedang mencari kos karena apartemen sewaannya busuk dan bikin klaustrofobik. Karena apartemen itu jaraknya dekat dengan rumah saya, langsung lah saya tawarkan kos-kosan saya dengan syarat, "Tapi elo harus nunggu 4 bulan lagi karena sedang direnovasi!" Dia pun setuju. "Tapi, rumah gue depannya kuburan!" Dia bilang nggak masalah. Hore! Gila ya, siapa sangka dapatnya semudah itu dan semua gara-gara traveling!

Pada November 2020 akhirnya rumah selesai direnovasi. Saya balik ke rumah setelah ngekos sementara, begitu juga si anak kos pindah dari apartemen busuknya. Yeayyy, akhirnya saya jadi ibu kos! Nggak nyangka dulu pernah jadi anak kos selama lebih dari 10 tahun pas kuliah dan kerja kantoran, sekarang saya yang jadi ibu kos!

Berbekal pengalaman ngekos, saya bertekad menjadi ibu kos yang baik. Mungkin karena saya belum ibu-ibu jadi santai aja, nggak rese melarang ini itu. Ternyata jadi ibu kos nggak susah-susah amat kok. Awalnya saya cuman harus kasih info warung, mini market, dan mal terdekat, di mana order gas dan air galon, di mana jalur jogging yang asyik, sampai info abang-abang jualan gerobakan dan restoran GoFood sekitar yang enak. Saya juga harus mendaftarkan anak kos ke Pak RT sebagai penduduk sementara dan mengenalkannya ke para tetangga. Selebihnya saya harus siap juga suatu saat dikomplen anak kos jika ada kran bocor atau internet mati.

Untungnya yang ngekos teman sendiri, jadinya hubungan kami bukan kayak ibu kos-anak kos tapi lebih kayak house mate. Selama pandemi yang nggak bisa ke mana-mana ini saya jadi ada temennya; bisa ngobrol sama manusia dewasa beneran dengan cara offline! Kadang saya main ke rumahnya, kadang dia main ke rumah saya. Kalau suntuk, sesekali kami ke mal bareng atau jalan-jalan di kuburan depan. Anak kos yang jago masak makanan Eropa kadang suka ngundang makan bareng. Sebagai ibu kos yang nggak bisa masak tapi cukup sering dikirimi makanan, saya bagi-bagi makanan kalori ke dia.

Makan spaghetti ricotta pesto buatan anak kos.

Keuntungan lain jadi ibu kos tentunya finansial: saya dapat passive income bulanan. Masa pandemi yang bikin pemasukan saya terjun bebas ini jadi terbantu dengan adanya uang kos – lumayan lah untuk membayar sebagian kebutuhan bulanan saya. Enaknya lagi, tagihan listrik saya pun jadi berkurang banyak karena listriknya dipisah.

Ah, bahagianya!

Senin, 22 Maret 2021

The Naked Traveler

The Naked Traveler


Cara Mudah Menulis

Posted: 24 Feb 2021 02:07 AM PST

Apakah Anda merasa sulit menulis? Tidak tahu mau menulis apa, dan tidak tahu mulainya dari mana?

Saya sih percaya semua orang bisa menulis. Bukankah menulis adalah ketrampilan dasar setelah kita bisa membaca? Sudah banyak kali kita menulis sejak SD sampai kuliah, mulai dari mencatat pelajaran, bikin PR, makalah, sampai skripsi. Tapi mengapa sekarang terasa sulit menulis? Oh, dulu kan karena terpaksa, demi mengerjakan tugas supaya lulus. Sekarang kan mau menulis hal lain.

Hmm, tapi mau menulis apa ya? Ide ada banyak tapi tidak tahu menuangkannya gimana. Rasanya tiap mau menulis kok mentok aja gitu. Kalau pun sudah menulis, kok rasanya tidak secakep tulisan orang lain? Mereka bisa menggunakan kata-kata yang indah, tapi saya kok isinya gitu-gitu aja. Aduh, nggak pede ah kalau dibaca orang lain!

Apakah Anda adalah salah satu yang berpikiran seperti di atas? Kalau ya, sebenarnya tergantung menulis apa sih. Menulis email atau WhatsApp aja bisa kan? Itu adalah langkah awal yang baik. Tapi kalau Anda ingin menulis lebih panjang dan menarik, seperti membuat caption medsos, cerita pendek, atau blog, itu bisa dipelajari kok.

Tidak semua tulisan itu harus diterbitkan jadi buku. Bagaimana membuat tulisan yang enak dibaca adalah penting dipelajari. Kalau dasarnya sudah kuat, mau menulis apapun jadi lebih mudah. Apalagi zaman sekarang kita berada di era "sharing is caring", jadi tulisan sebisa mungkin memberikan informasi dengan jelas, bahkan bisa bermanfaat bagi orang lain. Kalau pun tidak mau sharing, menulis itu tetap penting dilakukan untuk pengembangan diri, bahkan untuk terapi.

Saya sendiri bukanlah penulis sastra dengan kata-kata yang berbunga-bunga. Gaya tulisan saya di blog dan buku seri The Naked Traveler ya apa adanya: mengalir, tapi tetap mengikuti kaidah yang benar. Sebagian orang mengatakan, "Membaca tulisan Trinity seperti diceritakan sahabat yang abis pulang jalan-jalan. Yang baca jadi ikut merasakan serunya, sampai ketawa sendiri kayak orang gila!". Bahkan sebagian pembaca jadi ikutan rajin menulis, punya blog, bahkan menerbitkan bukunya sendiri.

Nah, saya berencana membagikan pengalaman saya untuk semua orang yang ingin belajar menulis dengan cara mudah. Saya mau bikin kelas menulis online untuk pemula nih! Jadi kalau Anda merasa ingin menulis tapi bingung mulainya gimana, atau sudah bisa menulis tapi merasa kurang pede, atau sekedar ingin mengisi waktu luang dengan hal berguna, silakan ikut kelas saya.

Ini bukan kelas menulis perjalanan, bukan pula kelas bikin novel fiksi. Tapi kelas yang akan membekali Anda untuk memulai menulis atau memperbaiki tulisan sehingga enak dibaca. Tenang aja, saya sendiri belajar menulis secara otodidak, jadi ditanggung caranya nggak ribet dan nggak pake istilah njlimet. Yang jelas, kelas ini akan membuat Anda mengangguk-angguk sambil bergumam, "Oh, gitu ya? Bener juga!" dan sesegera mungkin ingin menulis di kertas atau di gawai.

Kelas ini terbuka untuk semua usia, jadi anak sekolah dan ibu rumah tangga juga bisa. Anda tinggal menyiapkan perangkat yang mendukung Zoom (komputer atau ponsel), internet yang memadai, serta kertas dan alat tulis untuk mencatat.

Catat nih: “Kelas Trinity: Cara Mudah Menulis”, Rabu, 17 Maret 2021, pukul 19.30-21.00 WIB, via Zoom. Biayanya cuma Rp 149.000,- per orang. Caranya daftar di bit.ly/kelastrinity dan tunggu email informasinya dari saya. Daftarlah sesegera mungkin karena tempat terbatas. Bonusnya, Anda akan mendapat voucher diskon khusus untuk membeli buku-buku saya di @mizanstore dan @rakatadotid.

Buruan cus ke bit.ly/kelastrinity ya!

Apa rasanya menginap di hotel terbaik sedunia?

Posted: 07 Feb 2021 08:46 PM PST

Sejak belasan tahun yang lalu saya sudah mendengar tentang resor keren di Pulau Sumba, namanya Nihiwatu. Ternyata pada 2012 namanya telah berubah menjadi Nihi setelah dibeli dan direnovasi oleh pengusaha AS, Chris Burch (FYI, brand fashion Tory Burch adalah salah satu miliknya). Nama Nihi semakin terkenal karena pada 2016-2017 memenangkan penghargaan sebagai Best Hotel in the World oleh Travel & Leisure selama dua tahun berturut-turut. Lalu diikuti oleh penghargaan sebagai hotel terbaik sedunia oleh Conde Nast, The Telegraph UK, Tripadvisor, dan lain-lain.

Selebritas dunia pernah menginap di Nihi: mulai dari liburan keluarganya David Beckham, bulan madunya Jennifer Lawrence, sampai pernikahan Brody Jenner. Belakangan di masa pandemi ini, Nihi menjadi tempat liburan para selebritas Indonesia, seperti Gisel, Luna Maya, dan Raffi Ahmad. Bukannya mau ikut-ikutan para seleb, tapi siapa yang nggak pengen menginap di Nihi?

Dalam rangka merayakan ulang tahun saya pada 11 Januari 2021, akhirnya kesempatan itu datang: saya menginap di Nihi selama 3 malam! Saya pun mengajak sahabat saya si Sri supaya nggak bete-bete amat sendirian di tempat kece begini.

Ucapan selamat ultah di outdoor bathtub!

Nihi terletak di Wanokaka, bagian barat Pulau Sumba, propinsi Nusa Tenggara Timur. Terbangnya dari Bali (DPS) ke Tambolaka (TMC) selama 1 jam. Dari TMC dijemput naik jip Nihi dan berkendara sekitar 1,5 jam. Hebatnya, ada staf Nihi yang membantu mulai dari check in di bandara Bali sampai tiba di hotel! Sampai di reception, kami disambut Kapten yang bertugas sebagai penghubung untuk segala kebutuhan selama menginap. Namanya Simson, pria Sumba asli. Kami bertukar WhatsApp agar memudahkan komunikasi (surprise, wifi lancar jaya!), lalu diantar berkeliling.

Terletak di Pantai Nihiwatu yang berbentuk teluk dan dikelilingi hutan lebat, Nihi memiliki 28 villa bergaya Sumba yang tersebar di kemiringan bukitnya. Setiap villa sangat tersembunyi, tidak kelihatan dari luar saking tertutupnya oleh pepohonan. Semua bangunan terhubung dengan jalan setapak dari batu alam dan berundak-undak, kadang tertutup atap tanaman rambat. Arsitekturnya dibuat khusus agar setiap villa menghadap laut dan matahari terbenam namun tidak tertutup oleh bangunan lain. Semuanya serba terbuka – socially distant, wildly connected yang sangat sesuai di masa pandemi. 

Pantai sepi sejauh mata memandang

Saya menempati 1-bedroom villa yang dinamai Raja Lamba. Desainnya rustic, beratap rumbia, banyak unsur kayu, dengan tone warna tanah. Semuanya terbuat dari bahan alami berkualitas tinggi seperti kayu jati, lantai marmer, dan outdoor bathtub terbuat dari tembaga. Amenities-nya pun sangat eco friendly: tidak ada plastik sekali buang, bahkan tempat sampah aja dialas daun pisang. Halamannya cukup luas menampung bale-bale berkasur empuk dan tentunya infinity pool. Siang hari saya berjemur bugil dengan bebas saking tersembunyinya villa ini. Setiap sore kami nongkrong melihat sunset sambil ngopi di bale-bale.

Villa Raja Lamba

Makan tiga kali sehari termasuk ke dalam harga paket. Makan pagi dan malam di Ombak Restaurant yang terletak di atas bibir tebing menghadap pemandangan laut yang spektakuler. Makan siang di Nio Beach Club yang persis di tepi pantai. Sistemnya a la carte, jadi tinggal pilih di menu aja: ada makanan Indonesia, Italia, Jepang, sampai Meksiko. Selain itu ada Menu of the Day yang berganti setiap hari. Mengingat lokasinya di Sumba yang terpencil, saya salut dengan ketersediaan bahan makanannya, seperti segala macam keju dan daging impor. Salutnya, stafnya semua orang Sumba asli dengan servis yang baik. Di kamar pun tersedia minibar berisi aneka minuman, termasuk bir, vodka, whiskey dan gin, juga handmade coklat organik buatan Nihi. Setiap hari minibar diisi penuh lagi!

Kalau bosan leyeh-leyeh, bisa memilih berbagai aktivitas gratis seperti yoga, paddle boarding, dan surfing – peralatannya bisa dipinjam di The Boathouse. Ada juga yang berbayar, seperti spa, cooking class, dan kursus menenun ikat. Saya memilih tiga aktivitas. Pertama, pas ulang tahun, saya ikut Half Day Spa Safari di Nihioka Spa. Ke lokasi spa ini bisa naik jip selama 20 menit atau trekking selama 2 jam. Lagi-lagi tempat ini sangat luas dan tersembunyi dengan pantai pribadi. Saya memilih 3 treatment dari belasan menu yang ada, yaitu Nihioka Signature Massage, Head Massage dan Facial. Tempat spa berupa bale-bale terbuka yang letaknya di pinggir tebing menghadap laut. Terapisnya pun mama-mama Sumba. Saya yang nggak pernah tidur saat dipijit, baru kali itu saya sampai tewas ketiduran saking enaknya!

Nihioka, the sexiest spa!

Kedua, saya ikut Beach Horse Riding. Sumba terkenal dengan kuda pacu endemiknya yang disebut kuda sandel (sandalwood pony) jadi aktivitas ini “Sumba banget”. Nihi sendiri memiliki stable berisi 17 kuda beserta para perawatnya. Menjelang sunset, setelah mengenakan helm dan sepatu boot, saya menunggangi kuda betina bernama Bindy, berusia 4 tahun, ras campuran kuda Sumba dan Australia. Saya lumayan sering berkuda, tapi baru kali ini di tepi pantai dan pakai bikini! Di mana lagi bisa begini coba?

Bindy and I

Terakhir, saya ikut tur The Sumba Foundation karena pengin tahu program CSR Nihi. Organisasi nonprofit ini sudah 20 tahun memberikan bantuan air bersih, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi kepada masyarakat sekitarnya yang donasinya berasal dari tamu Nihi. Saya sempat mengunjungi klinik yang mempromosikan anti malaria dan ke Kampung Motodawu untuk memberikan makanan tambahan kepada anak-anak. Model kerjasama hotel dan NGO untuk memerangi kemiskinan ini sampai memenangkan penghargaan dunia dari WTTC dan PATA.

Anak-anak Kampung Motodawu

Kesimpulannya, Nihi memang salah satu hotel terbaik yang pernah saya inapi! Apakah setuju didaulat sebagai hotel terbaik sedunia dan apakah sebanding dengan harganya? Kalau menggunakan perspektif mayoritas orang Indonesia sih belum tentu ya, karena hotelnya bukan standar kemewahan orang Indonesia. TV aja nggak ada kok. Tapi kalau perspektif bule dari negara maju, Nihi itu seksi karena benar-benar private di tengah alam indah yang masih perawan. Privacy is the key dan Nihi menyediakannya di area yang sangat luas tanpa terganggu orang lain.

Bagi saya pribadi, kelebihan Nihi adalah lokasi dan ambience romantisnya. Bayangkan, sejauh mata memandang tidak ada bangunan apa-apa lagi di sekitarnya, hanyalah hamparan hutan berbukit dan laut luas dengan pantai pasir putih berkilo-kilo meter. Hotel mahal di Bali aja nggak bisa begini. Justru dengan kesederhanaan desain villa Nihi, jadinya menyatu dengan alam. Bagusnya lagi, makanannya berkualitas fine dining yang beneran enak. Dengan harga premium jadi wajar karena lokasi dan kualitasnya, plus mem-filter sendiri jenis tamu yang menginap. Above all, I had the best birthday celebration in Nihi!

Tonton videonya di sini:

Liburan dan WFH ke Bali pada Masa Pandemi

Posted: 24 Jan 2021 08:50 PM PST

Setiap tahun biasanya saya liburan ke Bali bareng sahabat saya Sri dan kedua anaknya. Sayangnya tahun kemarin karena PSBB, kami nyaris nggak ke mana-mana. Kasihan juga melihat anak-anak yang sekolah online hampir setahun sampai ukuran kacamata dan berat badan bertambah – eh saya juga sih!

Tenang, saya juga masih parno kok sama si Kopid. Tinggal di rumah aja memang lebih aman, tapi kadang rasa bosan bahkan muak itu muncul. Akhirnya kami memutuskan untuk mengganti scenery dengan pergi ke Bali tahun ini dengan memperhitungkan resiko secara seksama.

Caranya? Kami sengaja pergi pada saat berakhirnya libur akhir tahun sejuta umat supaya nggak rame, yaitu pada 3-10 Januari 2021. Terbangnya pun naik pesawat yang menerapkan seat distancing, bahkan yang terbangnya dari Bandara Halim Perdana Kusuma karena jauh lebih sepi dibanding Soekarno-Hatta. Tes PCR kami lakukan sehari sebelumnya sebagai syarat untuk terbang ke Bali – semuanya negatif.

Karena masih parno sama kerumunan orang, di Bali kami memilih tinggal di villa private yang mewah (maklum, rumah Sri kan kayak istana, jadi villa-nya harus lebih bagus). Karena saya dan keluarga Sri sudah tidak tinggal serumah, namun demi keamanan bersama, villa harus berisi minimal 3 kamar biar tidurnya misah. Villa juga harus memiliki sirkulasi udara yang baik dengan layout ruang yang open-plan, berjendela besar dan bisa dibuka. Lalu, harus memiliki kolam renang pribadi berukuran besar karena saya lagi sakit syaraf kejepit di leher, jadi harus berenang setiap hari untuk terapi. Dan tentunya harus memiliki jaringan internet yang kuat agar kami dapat WFH (Work from Home) dan SFH (School from Home).

Maka pilihannya jatuh ke Elite Havens karena cuma mereka yang memiliki banyak villa yang memenuhi syarat kami. Perusahaan Luxury Villa Rentals and Management terdepan di Asia ini sudah berdiri sejak lebih dari 20 tahun yang lalu dan me-manage ratusan villa di seluruh dunia, namun yang terbanyak ada di Bali. Melihat foto villa-villa di situsnya bikin nganga semua deh! Ternyata villa yang kami tempati pun melebihi ekspektasi saya karena tidak hanya desain yang bagus saja.

Living Room di Villa Tirta Nila (source: villatirtanila.com)

Selama seminggu kami tinggal di dua villa. Pertama di Villa Tirta Nila di Candidasa. Memilih di sini karena jauh dari mana-mana sehingga sepi, plus villa-nya langsung berada di tepi pantai dengan ombak tenang. Ternyata villa-nya keren dan gede banget – luas tanahnya aja 2.100 m²! Ada 4 kamar berukuran besar yang semuanya menghadap laut, bedding yang sangat nyaman, ada walk-in closet dan outdoor bathroom. Interiornya apik bertema laut, furniturnya serba kayu yang mewah, peralatan dapur yang serba canggih, ada TV room, kolam renang infinity, tempat main beach volleyball, bahkan dermaga pribadi dengan sun chairs. Setiap sore kami snorkeling di depan, lalu memandang matahari terbenam yang spektakuler.

Leyeh-leyeh di kolam renang Villa Tirta Nila

Villa kedua di Bendega Rato di Canggu. Memilih di Canggu karena biar dekat jalan kaki ke mana-mana, termasuk 5 menit ke pantai. Villa ini juga keren dan gede banget – luas bangunannya aja 966 m²! Arsitekturnya bergaya Bali modern, ruangan serba terbuka, furnitur serba kayu antik, taman hijau asri, kolam renang sepanjang 18 meter, kamar tidur serba luas dengan kamar mandi berisi bathtub dan shower yang luas juga, plus ada ruang TV berlayar lebar dengan sound system, serta perpustakaan dengan koleksi buku yang bagus-bagus. Pada akhirnya, meski lokasinya premium, tapi kami jadi mager parah saking nyamannya villa ini!

Nyamannya Villa Bendega Rato

Selama seminggu itu pula, kami keluar rumah villa cuman dua kali. Di Candidasa kami trip ke Bukit Asah dan berenang di Virgin Beach yang hanya 7 km jaraknya dari Villa Tirta Nila. Di Canggu kami ke Ubud karena anak-anak mau main ATV. Sempat sekali jogging ke pantai Canggu tapi buru-buru balik lagi karena parno liat bule-bule pada nggak pake masker dan suka berkerumun! Selebihnya kami di rumah aja: kerja online, baca buku, ngobrol, berenang di kolam/pantai, berjemur, makan-makan, nobar di TV room. Di hari terakhir, saya sempat dikunjungi teman-teman anak Jakarta yang pindah WFH ke Bali (yang saya tahu banget mereka selalu menjaga prokes). Dengan villa yang luas dan outdoor gini, jadi lebih aman mainnya.

Virgin Beach yang sepi dilihat dari Bukit Asah.

Kelebihan villa-villa Elite Havens adalah tersedianya butler service 24 jam dan chef andal (semuanya mematuhi protokol kesehatan) yang bisa kita request sebelumnya. Jadi berasa kayak pindah rumah bersama para asisten rumah tangga! Makan tiga kali sehari dimasakin, jadi tidak perlu ke mana-mana. Sistemnya bisa pilih dari menu yang sudah ada harganya kayak di restoran, atau sistem grocery di mana kita kasih uang belanja ke butler – nanti akan dibelikan bahannya, dikasih bon, dan kita tinggal nambah uang jasa dari total harga di bon aja. Makanannya enak-enak semua dengan penyajian ala fine dining. Untungnya di kedua villa kami, ruang makannya ada dua, kadang kami makan di dalam atau di gazebo luar. Butler ini juga yang membersihkan villa dan merapikan kamar. Jangan khawatir, handuk dan toiletries juga disediakan kok. Ah nikmat banget hidup jadinya! Bener-bener worryless!

The friendly Elite Havens butlers

Pengennya saya tinggal lebih lama tinggal di salah satu villa Elite Havens sambil nulis buku baru gitu. Kalau se-villa berisi beberapa kamar, bisa patungan sih sama teman-teman. Hari gini dengan modal internet kan bisa kerja dari mana aja – untungnya internet di Elite Havens memang mumpuni, semua ruangan ter-cover termasuk di kolam renang. FYI, selain di pulau Bali, villa mereka ada juga di Lombok dan Nusa Lembongan. Atau bisa juga sekalian jauh ke Thailand, Sri Lanka, Maldives dan Jepang! Uhuy!

Kalau Anda tertarik dengan konsep liburan dan WFH di villa mewah, cek aja di elitehavens.com. Masa pandemi gini mereka lagi ada promo diskon sampai 80% lho! Tapi jangan lupa tetap jaga protokol kesehatan ya? Stay safe and healthy, folks!

Videonya bisa ditonton di sini:

Nikmatnya Sosis Jepang!

Posted: 01 Jan 2021 07:25 AM PST

Sosis, olahan daging cincang yang diberi bumbu ini tersedia di hampir seluruh muka bumi – bahkan tiap negara maupun daerah punya resep sosisnya masing-masing. Saat traveling di luar negeri maunya hemat dengan masak sendiri di penginapan, sosis pasti masuk ke dalam menu makanan saya karena cara pengolahannya mudah. Di rumah pun, saya pasti nyetok sosis.

Bicara soal makanan, menurut saya negara di luar Indonesia yang kulinernya paling enak adalah Jepang. Rasanya semua makanannya nggak ada yang salah. Mau jajanan pinggir jalan, di minimarket, atau di restoran dari murah sampai mahal, enak-enak semua! Ini karena mereka menggunakan bahan-bahan yang berkualitas baik sehingga tanpa perlu banyak bumbu pun rasanya sudah enak.

Sosis yang paling terkenal mungkin sosis dari Jerman, tapi pernahkah Anda makan sosis Jepang? Saya sih doyan karena rasanya lebih diterima oleh lidah orang Asia. Nah, saya baru nemu nih sosis kemasan terenak se-Indonesia! Sebagai penggemar sosis dan kuliner Jepang, perpaduan ini sempurna deh! Merek sosisnya Riverland yang pabriknya di Indonesia dan dibuat menggunakan resep koki Jepang. Ini diproduksi oleh NHF-Diamond, yaitu perusahaan joint venture antara perusahaan makanan terdepan di Jepang, NH Foods (mereka meng-endorse klub sepak bola Liverpool lho!) dan Diamond Cold Storage dari Indonesia, lalu didistribusikan oleh PT Sukanda Djaya.

Riverland Sausage punya enam varian. Semuanya sudah saya coba dan emang enak-enak semua! Sosisnya terasa daging banget alias tidak terasa tepung sama sekali kayak sosis-sosis lain – bahkan jauh lebih enak daripada sosis di sarapan hotel bintang lima. Ini membuktikan bahwa bahannya memang berkualitas tinggi dengan rasio daging yang pas. Per potongnya pun gendut-gendut. Makan sebiji aja udah lumayan kenyang! Casing-nya aja terbuat dari collagen buatan Jerman dan Spanyol jadi tidak usah dikupas – kalau digigit jadi agak crunchy tapi dagingnya tetap juicy. Namun jangan khawatir, Riverland ini halal dan sudah tersertifikasi dari MUI.

Sosis Riverland ini sebenarnya sudah matang (ready to eat in frozen storage), namun enaknya dimakan hangat jadi biasanya saya masak dengan cara direbus, digoreng, atau dimasukin ke dalam air fryer. Meski saya lebih suka makan sosisnya langsung (karena tanpa dikasih saus sambal, mayones, atau mustard, rasa dagingnya sudah nikmat), tapi bisa juga dijadikan isi hot dog, kebab, pasta, nasi goreng, sayuran, dan lain-lain.

Berikut review singkat saya tentang masing-masing variannya:

  1. Riverland Smoked Arabiki Sausage (sosis daging sapi asap Arabiki)
    Arabiki berasal dari Bahasa Jepang yang berarti coarse meat. Di NH Foods Jepang, varian Arabiki ini merupakan pionir di kelasnya. Dari enam varian Riverland yang ada, Arabiki yang paling favorit saya! Dagingnya ada brenjel-brenjelnya kayak bakso urat, aroma asapnya legit, bumbunya kaya. Rasanya umami bener!
  2. Riverland Ichimi Sausage (sosis daging sapi dan ayam Ichimi)
    Kalau suka bubuk cabai Togarashi/Ichimi yang ada di restoran ramen Jepang, sosis ini dicampur dengan Ichimi juga jadi ada totol-totol kemerahan. Rasanya jadi ada pedas-pedasnya tapi pedas Jepang yaa… yang tidak menutupi rasa gurihnya daging.
  3. Riverland Smoked Cheddar Sausage (sosis daging ayam dan sapi asap rasa keju)
    Keju cheddar di dalam daging sosis ini berupa gumpalan-gumpalan kecil – yang kalau dimakan panas-panas, kejunya langsung lumer! Omaigat! Campuran daging dan keju ini lalu diasap, jadi aromanya menggugah selera.
  4. Riverland Smoky Black Pepper Sausage (sosis daging sapi dan ayam asap lada hitam)
    Rasa lada hitamnya terasa di akhir, jadi tidak mengalahkan rasa nikmat dagingnya. Dengan daging yang diasap secara alami dengan wood chips, rasanya lezat di setiap gigitan.
  5. Riverland Garlic Frankfurter Sausage (sosis daging sapi dan ayam rasa bawang putih Frankfurter)
    Sosis khas Frankfurt, Jerman, ini dimasak dengan pengasapan temperatur rendah. Dengan campuran bawang putih, aroma dan rasanya jadi ada kick-nya dan bercita rasa lebih Asia.
  6. Riverland Beef Bratwurst Sausage (sosis daging sapi Bratwurst)
    Bratwurst (dalam bahasa Inggris artinya finely chopped meat sausage) adalah sosis khas Jerman. Sesuai dengan namanya, tekstur dagingnya memang halus. Rasa herbs-nya kuat. Yang jelas,  bener-bener nggak kalah sama Bratwurst di restoran Jerman yang ada di Jakarta deh!

Belinya bisa di supermarket (Hypermart, Lottemart, Lotte shopping, AEON, Grand Lucky, Duta Buah, HERO, Foodhall, Diamond Supermarket, Giant Extra, Farmers Market, Maxim Supermarket). Beli online juga bisa di Official Store Sukanda Djaya yang tersedia di Tokopedia, atau cari aja di Bliblimart, Tanihub, Sayurbox, Bukalapak, dan Shopee.

Harga Riverland Sausage sebungkus (isi 5 pcs dengan berat 360 gram) berkisar di antara Rp 58.000 – Rp 68.000. Memang ini harga premium, tapi dengan kualitas dan rasa yang premium sih worth it banget!

Oishi né! *lap iler*

Perjuangan Merenovasi Rumah Impian

Posted: 05 Dec 2020 09:36 AM PST

I know ini bukan tulisan tentang jalan-jalan. Tapi pada masa pandemi yang sangat minim ke mana-mana, berhasil merenovasi rumah sendiri itu adalah my biggest achievement in 2020!

Rumah saya yang berlokasi di kuburan (iya, kuburan! Baca deh di buku The Naked Traveler 4) sebenarnya adalah rumah peninggalan orang tua yang sudah berusia lebih dari 25 tahun. Saya tinggal di sana sejak bapak saya meninggal dunia pada 2002 untuk menemani mama. Eh pada 2014, mama saya meninggal dunia juga. Hiks. Setelah kelar membiayai kuliah adik saya sehingga dia sudah mandiri, jadilah saya tinggal sendiri (plus seorang pembokat galak yang sudah bekerja 30 tahun di keluarga saya).

Rumah rasanya jadi terlalu besar, biayanya pun lama-lama meningkat. Gara-gara keseringan nonton HGTV dan "Income Property" di Lifetime, saya jadi terinspirasi untuk merenovasi dan menyewakan sebagian rumah. Lagipula, saya ingin menikmati sisa hidup saya dengan nyaman di kamar dan perabot yang saya inginkan. Maklum, tinggal di rumah orang tua artinya kan seleranya ya selera mereka. Lalu, dapat passive income kan lumayan, apalagi industri buku lagi turun.

Sudah lama saya menabung untuk merenovasi rumah. Baru mau mulai dikerjakan awal 2020, eh pandemi datang! Bisa jadi blessing in disguise karena saya jadi ada waktu untuk mengawasi pembangunan, namun perhitungan jadi kacau balau karena pemasukan turun drastis tis tis!

Fasad rumah. Beda banget ya!

Anyway, bagi yang mau renovasi rumah juga, begini tahapannya;

  1. Ketahuilah secara detail apa yang ingin direnovasi. Kalau rumah tidak dihancurkan semua dan dibangun dari nol, maka saya rasa tidak perlu jasa arsitek. Yang penting sudah tahu apa yang dibuang, dipertahankan, atau dibangun baru, serta buatlah skala prioritas.
  2. Carilah referensi kontraktor/tukang yang terpercaya. Saya sendiri dapat referensi kontraktor dari sahabat sendiri yang hasil pengerjaannya sudah saya lihat sendiri, jadi saya pakai sistem borongan penuh (termasuk bikin tirai sampai perabot). Pilihan lain yang lebih ribet tapi bisa lebih murah adalah cari mandor/tukang dan membayar jasa mereka sementara materialnya kita beli sendiri.
  3. Diskusikan dengan kontraktor dan minta RAB (Rencana Anggaran Biaya), berikut terms and conditions, tata cara pembayaran, dan garansinya. Apakah bakal lebih? PASTI! Siapkan aja dana sampai 20% lebihnya, apalagi kalau banyak maunya.
  4. Carilah tempat tinggal sementara karena dalam kasus saya (sampai bongkar atap) rumah tidak mungkin ditinggali meski pindah kamar sekalipun. Saya akhirnya ngekos di sini.
  5. Cek rumah secara reguler. Saat pekerjaan sipil dilakukan, datang seminggu sekali. Lebih sering datang pada saat pengerjaan interior.

Pertanyaan sejuta umat adalah berapa biaya renovasi rumah? Sungguh saya tidak bisa jawab karena setiap rumah kan unik. Luasnya berapa? Berapa lantai? Apa yang mau direnovasi? Termasuk perabot nggak? Lha, saya habis berapa dong? Silakan membayangkan: luas tanahnya aja 250 m²! *nangis*

Masalahnya, semakin tua rumah maka semakin banyak jebakan betmen. Artinya kita nggak tau ada apa di baliknya. Tadinya mau dipertahankan, ternyata udah keropos atau salurannya mampet. Lalu, ada kemungkinan material yang ditawarkan kontraktor ternyata tidak sesuai dengan selera kita, jadilah dana bertambah karena terpaksa membeli material dengan grade lebih premium. Diperparah lagi oleh keinginan yang tidak sesuai dengan RAB awal. Contohnya ketika rumah hampir jadi, eh lantai teras tampak nggak nyambung. Dengan tema minimalis serba putih, masa lantainya keramik warna merah kusam? Jadilah diganti dengan granit abu-abu. Yang kayak begini ini yang bikin boncos!

Taman After (foto atas) & Before (foto bawah).

Saya belajar bahwa hukum membangun rumah yang terutama adalah ada harga, ada mutu. Pokoknya benar-benar kelihatan dan terasa bedanya antara material murah dan mahal! Saya selalu ingat kata-kata kontraktor saya ketika menawarkan sesuatu, "Ibu mau murah atau bagus?" saking keduanya susah temenan. Huhuhuu!

Kalau di-break down, biaya terbesar adalah ganti atap dan plafon. Lalu bikin perabot (lemari, meja, rak) custom. Secara ruangan, paling mahal adalah bikin kamar mandi dan kitchen set – saya akhirnya menyerah nggak bikin kabinet dapur karena dana terbatas.

My comfy bathroom

Untuk menghemat bujet hukumnya adalah sebisa mungkin tidak mengubah layout ruangan karena membongkar tembok dan membangun tembok baru itu biayanya besar. Pertahankanlah pula apa yang bisa dipertahankan, misalnya jendela, pintu, ubin lantai, keramik dinding. Perlu diketahui, kalau mau mengganti hanya sebagian keramik dinding/lantai, kemungkinan besar materialnya sudah tidak diproduksi lagi jadi bakal belang. Kalau mau hemat, harus kuat melihat bedanya (sangat tidak disarankan bagi penderita OCD)! Bila ingin barang yang spesifik dan tidak ketemu di toko bangunan atau harganya mahal, misalnya tutup toilet warna biru, beli aja sendiri di online shop – asal nggak masalah dengan merk.

Yang jelas, renovasi rumah itu tidak ada batasnya. Mau dibikin kayak apa aja bisa. Jadi yang membatasi itu hanya kita sendiri: seberapa besar biaya yang kita mau keluarkan dibandingkan dengan tingkat kepuasan? Dari awal prioritas saya adalah kamar saya harus kece, sisanya minim aja. Keramik lantai kamar dan dinding kamar mandi aja yang baru cuma di kamar saya, yang lain dipertahankan. Perabot custom hanya dibikin untuk kamar saya dan perpustakaan.

My bedroom now (foto atas), dulunya bekas living room (foto bawah).

Yang perlu disiapkan selain duit sebenarnya adalah mental. Selama empat bulan saya insomnia, sakit kepala, dan sakit perut karena stres! Kadang karena saya terlalu excited memilih desain dan material, tapi seringnya sih karena urusan duit yang keluar melulu tanpa ada pemasukan yang berarti pada masa pandemi. Ternyata, menyamakan keinginan dan bujet itu berat banget!

Pada akhirnya, perjuangan saya merenovasi rumah with sweat, blood and tears terbayar! I finally have my dream home! Semoga bisa membuat almarhum kedua orang tua saya bangga! Dan semoga habis ini, rejeki saya lancar. *Amin yang kenceng!*

I see this everyday from my window!

Kiat tambahan:
– Karena ingin punya taman sebagai focal point, saya hire jasa landscapist (ahli taman). Dia mendesain, memilih, dan menanam aneka tanaman berdasarkan intensitas sinar matahari, jatuhnya hujan dan aliran air. Memang mahal harganya, tapi jadinya keren banget!
– Sebelum ditempati, hire jasa pembersihan khusus pasca renovasi di bersihrapih.com. Karena pasti ada bekas semen, cat, kotoran lain yang menempel di lantai atau jendela. Belum lagi WC dan wastafel tua yang pasti berkerak. Nah, dengan jasa ini semuanya jadi spotless! Mereka akan datang setim dengan peralatan lengkap termasuk tangga, bahan kimia, dan mesin-mesin. Hanya saja harus terus diawasi supaya tau mana aja.
– Kalau butuh referensi, silakan email saya. Tapi ini khusus peminat serius ya, karena sistemnya mereka akan datang survey dulu.

Living room and library (dulunya bekas kamar tidur orang tua).


Kamis, 04 Maret 2021

Extruct Exhibition - Custom Bespoke Designs


EXTRUCT EXHIBITION – THE FUTURE OF EVENTS



Due to the current worldwide pandemic brought on by the explosive spread of the Covid-19 health crisis,

the global face of commerce has been drastically altered. 

Where once the authentic shopping experience was heightened by our experiences in store,

this same experience now highlights the need for ultra effective retail design and shop fitting.

The e-commerce sector is booming and we, as consumers, will have to change our consumer behaviours. 

With more business sectors having to find industrious means of retaining their client bases,

it has become imperative to consider alternative methods of enticing wary customers back into stores.

Finding ways in which to safeguard not only your business's or employees' health and wellbeing,

but also that of the general public, will therefore necessitate meticulously well thought

out planning of retail shop fitting.  Social distancing in store is now vital to ensuring that not

only are all new health and safety protocols followed, but also

to ensure that your clients can feel protected while supporting your business.

To this end Extruct Exhibition is looking forward to helping our clients face the challenge

of accommodating the need for retail shop fitting to incorporate new adaptations such as

cashierless store-keeping, which would entail designing and constructing strategic counters

which would enable customers to have minimal contact with cashiers.  Not only will the

futuristic shopping experience consist of being able to transact without the need for personal contact,

but the need for less contact with cash also needs to be considered.

Now more than ever, retail shop fitting will see the need for finding ways to create more spacious environments,

without the end result creating an impression of empty store shelves. 

With the careful and considered experience of our professional retail shop fitters, Extruct Exhibition will help your

business conform to the future expectations of your patrons.

Unsubscribe by email






Avast logo

This email has been checked for viruses by Avast antivirus software.
www.avast.com