The Naked Traveler |
- Cara Mudah Menulis
- Apa rasanya menginap di hotel terbaik sedunia?
- Liburan dan WFH ke Bali pada Masa Pandemi
- Nikmatnya Sosis Jepang!
- Perjuangan Merenovasi Rumah Impian
Posted: 24 Feb 2021 02:07 AM PST Apakah Anda merasa sulit menulis? Tidak tahu mau menulis apa, dan tidak tahu mulainya dari mana? Saya sih percaya semua orang bisa menulis. Bukankah menulis adalah ketrampilan dasar setelah kita bisa membaca? Sudah banyak kali kita menulis sejak SD sampai kuliah, mulai dari mencatat pelajaran, bikin PR, makalah, sampai skripsi. Tapi mengapa sekarang terasa sulit menulis? Oh, dulu kan karena terpaksa, demi mengerjakan tugas supaya lulus. Sekarang kan mau menulis hal lain. Hmm, tapi mau menulis apa ya? Ide ada banyak tapi tidak tahu menuangkannya gimana. Rasanya tiap mau menulis kok mentok aja gitu. Kalau pun sudah menulis, kok rasanya tidak secakep tulisan orang lain? Mereka bisa menggunakan kata-kata yang indah, tapi saya kok isinya gitu-gitu aja. Aduh, nggak pede ah kalau dibaca orang lain! Apakah Anda adalah salah satu yang berpikiran seperti di atas? Kalau ya, sebenarnya tergantung menulis apa sih. Menulis email atau WhatsApp aja bisa kan? Itu adalah langkah awal yang baik. Tapi kalau Anda ingin menulis lebih panjang dan menarik, seperti membuat caption medsos, cerita pendek, atau blog, itu bisa dipelajari kok. Tidak semua tulisan itu harus diterbitkan jadi buku. Bagaimana membuat tulisan yang enak dibaca adalah penting dipelajari. Kalau dasarnya sudah kuat, mau menulis apapun jadi lebih mudah. Apalagi zaman sekarang kita berada di era "sharing is caring", jadi tulisan sebisa mungkin memberikan informasi dengan jelas, bahkan bisa bermanfaat bagi orang lain. Kalau pun tidak mau sharing, menulis itu tetap penting dilakukan untuk pengembangan diri, bahkan untuk terapi. Saya sendiri bukanlah penulis sastra dengan kata-kata yang berbunga-bunga. Gaya tulisan saya di blog dan buku seri The Naked Traveler ya apa adanya: mengalir, tapi tetap mengikuti kaidah yang benar. Sebagian orang mengatakan, "Membaca tulisan Trinity seperti diceritakan sahabat yang abis pulang jalan-jalan. Yang baca jadi ikut merasakan serunya, sampai ketawa sendiri kayak orang gila!". Bahkan sebagian pembaca jadi ikutan rajin menulis, punya blog, bahkan menerbitkan bukunya sendiri. Nah, saya berencana membagikan pengalaman saya untuk semua orang yang ingin belajar menulis dengan cara mudah. Saya mau bikin kelas menulis online untuk pemula nih! Jadi kalau Anda merasa ingin menulis tapi bingung mulainya gimana, atau sudah bisa menulis tapi merasa kurang pede, atau sekedar ingin mengisi waktu luang dengan hal berguna, silakan ikut kelas saya. Ini bukan kelas menulis perjalanan, bukan pula kelas bikin novel fiksi. Tapi kelas yang akan membekali Anda untuk memulai menulis atau memperbaiki tulisan sehingga enak dibaca. Tenang aja, saya sendiri belajar menulis secara otodidak, jadi ditanggung caranya nggak ribet dan nggak pake istilah njlimet. Yang jelas, kelas ini akan membuat Anda mengangguk-angguk sambil bergumam, "Oh, gitu ya? Bener juga!" dan sesegera mungkin ingin menulis di kertas atau di gawai. Kelas ini terbuka untuk semua usia, jadi anak sekolah dan ibu rumah tangga juga bisa. Anda tinggal menyiapkan perangkat yang mendukung Zoom (komputer atau ponsel), internet yang memadai, serta kertas dan alat tulis untuk mencatat. Catat nih: “Kelas Trinity: Cara Mudah Menulis”, Rabu, 17 Maret 2021, pukul 19.30-21.00 WIB, via Zoom. Biayanya cuma Rp 149.000,- per orang. Caranya daftar di bit.ly/kelastrinity dan tunggu email informasinya dari saya. Daftarlah sesegera mungkin karena tempat terbatas. Bonusnya, Anda akan mendapat voucher diskon khusus untuk membeli buku-buku saya di @mizanstore dan @rakatadotid. Buruan cus ke bit.ly/kelastrinity ya! |
Apa rasanya menginap di hotel terbaik sedunia? Posted: 07 Feb 2021 08:46 PM PST Sejak belasan tahun yang lalu saya sudah mendengar tentang resor keren di Pulau Sumba, namanya Nihiwatu. Ternyata pada 2012 namanya telah berubah menjadi Nihi setelah dibeli dan direnovasi oleh pengusaha AS, Chris Burch (FYI, brand fashion Tory Burch adalah salah satu miliknya). Nama Nihi semakin terkenal karena pada 2016-2017 memenangkan penghargaan sebagai Best Hotel in the World oleh Travel & Leisure selama dua tahun berturut-turut. Lalu diikuti oleh penghargaan sebagai hotel terbaik sedunia oleh Conde Nast, The Telegraph UK, Tripadvisor, dan lain-lain. Selebritas dunia pernah menginap di Nihi: mulai dari liburan keluarganya David Beckham, bulan madunya Jennifer Lawrence, sampai pernikahan Brody Jenner. Belakangan di masa pandemi ini, Nihi menjadi tempat liburan para selebritas Indonesia, seperti Gisel, Luna Maya, dan Raffi Ahmad. Bukannya mau ikut-ikutan para seleb, tapi siapa yang nggak pengen menginap di Nihi? Dalam rangka merayakan ulang tahun saya pada 11 Januari 2021, akhirnya kesempatan itu datang: saya menginap di Nihi selama 3 malam! Saya pun mengajak sahabat saya si Sri supaya nggak bete-bete amat sendirian di tempat kece begini. Nihi terletak di Wanokaka, bagian barat Pulau Sumba, propinsi Nusa Tenggara Timur. Terbangnya dari Bali (DPS) ke Tambolaka (TMC) selama 1 jam. Dari TMC dijemput naik jip Nihi dan berkendara sekitar 1,5 jam. Hebatnya, ada staf Nihi yang membantu mulai dari check in di bandara Bali sampai tiba di hotel! Sampai di reception, kami disambut Kapten yang bertugas sebagai penghubung untuk segala kebutuhan selama menginap. Namanya Simson, pria Sumba asli. Kami bertukar WhatsApp agar memudahkan komunikasi (surprise, wifi lancar jaya!), lalu diantar berkeliling. Terletak di Pantai Nihiwatu yang berbentuk teluk dan dikelilingi hutan lebat, Nihi memiliki 28 villa bergaya Sumba yang tersebar di kemiringan bukitnya. Setiap villa sangat tersembunyi, tidak kelihatan dari luar saking tertutupnya oleh pepohonan. Semua bangunan terhubung dengan jalan setapak dari batu alam dan berundak-undak, kadang tertutup atap tanaman rambat. Arsitekturnya dibuat khusus agar setiap villa menghadap laut dan matahari terbenam namun tidak tertutup oleh bangunan lain. Semuanya serba terbuka – socially distant, wildly connected yang sangat sesuai di masa pandemi. Saya menempati 1-bedroom villa yang dinamai Raja Lamba. Desainnya rustic, beratap rumbia, banyak unsur kayu, dengan tone warna tanah. Semuanya terbuat dari bahan alami berkualitas tinggi seperti kayu jati, lantai marmer, dan outdoor bathtub terbuat dari tembaga. Amenities-nya pun sangat eco friendly: tidak ada plastik sekali buang, bahkan tempat sampah aja dialas daun pisang. Halamannya cukup luas menampung bale-bale berkasur empuk dan tentunya infinity pool. Siang hari saya berjemur bugil dengan bebas saking tersembunyinya villa ini. Setiap sore kami nongkrong melihat sunset sambil ngopi di bale-bale. Makan tiga kali sehari termasuk ke dalam harga paket. Makan pagi dan malam di Ombak Restaurant yang terletak di atas bibir tebing menghadap pemandangan laut yang spektakuler. Makan siang di Nio Beach Club yang persis di tepi pantai. Sistemnya a la carte, jadi tinggal pilih di menu aja: ada makanan Indonesia, Italia, Jepang, sampai Meksiko. Selain itu ada Menu of the Day yang berganti setiap hari. Mengingat lokasinya di Sumba yang terpencil, saya salut dengan ketersediaan bahan makanannya, seperti segala macam keju dan daging impor. Salutnya, stafnya semua orang Sumba asli dengan servis yang baik. Di kamar pun tersedia minibar berisi aneka minuman, termasuk bir, vodka, whiskey dan gin, juga handmade coklat organik buatan Nihi. Setiap hari minibar diisi penuh lagi! Kalau bosan leyeh-leyeh, bisa memilih berbagai aktivitas gratis seperti yoga, paddle boarding, dan surfing – peralatannya bisa dipinjam di The Boathouse. Ada juga yang berbayar, seperti spa, cooking class, dan kursus menenun ikat. Saya memilih tiga aktivitas. Pertama, pas ulang tahun, saya ikut Half Day Spa Safari di Nihioka Spa. Ke lokasi spa ini bisa naik jip selama 20 menit atau trekking selama 2 jam. Lagi-lagi tempat ini sangat luas dan tersembunyi dengan pantai pribadi. Saya memilih 3 treatment dari belasan menu yang ada, yaitu Nihioka Signature Massage, Head Massage dan Facial. Tempat spa berupa bale-bale terbuka yang letaknya di pinggir tebing menghadap laut. Terapisnya pun mama-mama Sumba. Saya yang nggak pernah tidur saat dipijit, baru kali itu saya sampai tewas ketiduran saking enaknya! Kedua, saya ikut Beach Horse Riding. Sumba terkenal dengan kuda pacu endemiknya yang disebut kuda sandel (sandalwood pony) jadi aktivitas ini “Sumba banget”. Nihi sendiri memiliki stable berisi 17 kuda beserta para perawatnya. Menjelang sunset, setelah mengenakan helm dan sepatu boot, saya menunggangi kuda betina bernama Bindy, berusia 4 tahun, ras campuran kuda Sumba dan Australia. Saya lumayan sering berkuda, tapi baru kali ini di tepi pantai dan pakai bikini! Di mana lagi bisa begini coba? Terakhir, saya ikut tur The Sumba Foundation karena pengin tahu program CSR Nihi. Organisasi nonprofit ini sudah 20 tahun memberikan bantuan air bersih, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi kepada masyarakat sekitarnya yang donasinya berasal dari tamu Nihi. Saya sempat mengunjungi klinik yang mempromosikan anti malaria dan ke Kampung Motodawu untuk memberikan makanan tambahan kepada anak-anak. Model kerjasama hotel dan NGO untuk memerangi kemiskinan ini sampai memenangkan penghargaan dunia dari WTTC dan PATA. Kesimpulannya, Nihi memang salah satu hotel terbaik yang pernah saya inapi! Apakah setuju didaulat sebagai hotel terbaik sedunia dan apakah sebanding dengan harganya? Kalau menggunakan perspektif mayoritas orang Indonesia sih belum tentu ya, karena hotelnya bukan standar kemewahan orang Indonesia. TV aja nggak ada kok. Tapi kalau perspektif bule dari negara maju, Nihi itu seksi karena benar-benar private di tengah alam indah yang masih perawan. Privacy is the key dan Nihi menyediakannya di area yang sangat luas tanpa terganggu orang lain. Bagi saya pribadi, kelebihan Nihi adalah lokasi dan ambience romantisnya. Bayangkan, sejauh mata memandang tidak ada bangunan apa-apa lagi di sekitarnya, hanyalah hamparan hutan berbukit dan laut luas dengan pantai pasir putih berkilo-kilo meter. Hotel mahal di Bali aja nggak bisa begini. Justru dengan kesederhanaan desain villa Nihi, jadinya menyatu dengan alam. Bagusnya lagi, makanannya berkualitas fine dining yang beneran enak. Dengan harga premium jadi wajar karena lokasi dan kualitasnya, plus mem-filter sendiri jenis tamu yang menginap. Above all, I had the best birthday celebration in Nihi! Tonton videonya di sini: |
Liburan dan WFH ke Bali pada Masa Pandemi Posted: 24 Jan 2021 08:50 PM PST Setiap tahun biasanya saya liburan ke Bali bareng sahabat saya Sri dan kedua anaknya. Sayangnya tahun kemarin karena PSBB, kami nyaris nggak ke mana-mana. Kasihan juga melihat anak-anak yang sekolah online hampir setahun sampai ukuran kacamata dan berat badan bertambah – eh saya juga sih! Tenang, saya juga masih parno kok sama si Kopid. Tinggal di rumah aja memang lebih aman, tapi kadang rasa bosan bahkan muak itu muncul. Akhirnya kami memutuskan untuk mengganti scenery dengan pergi ke Bali tahun ini dengan memperhitungkan resiko secara seksama. Caranya? Kami sengaja pergi pada saat berakhirnya libur akhir tahun sejuta umat supaya nggak rame, yaitu pada 3-10 Januari 2021. Terbangnya pun naik pesawat yang menerapkan seat distancing, bahkan yang terbangnya dari Bandara Halim Perdana Kusuma karena jauh lebih sepi dibanding Soekarno-Hatta. Tes PCR kami lakukan sehari sebelumnya sebagai syarat untuk terbang ke Bali – semuanya negatif. Karena masih parno sama kerumunan orang, di Bali kami memilih tinggal di villa private yang mewah (maklum, rumah Sri kan kayak istana, jadi villa-nya harus lebih bagus). Karena saya dan keluarga Sri sudah tidak tinggal serumah, namun demi keamanan bersama, villa harus berisi minimal 3 kamar biar tidurnya misah. Villa juga harus memiliki sirkulasi udara yang baik dengan layout ruang yang open-plan, berjendela besar dan bisa dibuka. Lalu, harus memiliki kolam renang pribadi berukuran besar karena saya lagi sakit syaraf kejepit di leher, jadi harus berenang setiap hari untuk terapi. Dan tentunya harus memiliki jaringan internet yang kuat agar kami dapat WFH (Work from Home) dan SFH (School from Home). Maka pilihannya jatuh ke Elite Havens karena cuma mereka yang memiliki banyak villa yang memenuhi syarat kami. Perusahaan Luxury Villa Rentals and Management terdepan di Asia ini sudah berdiri sejak lebih dari 20 tahun yang lalu dan me-manage ratusan villa di seluruh dunia, namun yang terbanyak ada di Bali. Melihat foto villa-villa di situsnya bikin nganga semua deh! Ternyata villa yang kami tempati pun melebihi ekspektasi saya karena tidak hanya desain yang bagus saja. Selama seminggu kami tinggal di dua villa. Pertama di Villa Tirta Nila di Candidasa. Memilih di sini karena jauh dari mana-mana sehingga sepi, plus villa-nya langsung berada di tepi pantai dengan ombak tenang. Ternyata villa-nya keren dan gede banget – luas tanahnya aja 2.100 m²! Ada 4 kamar berukuran besar yang semuanya menghadap laut, bedding yang sangat nyaman, ada walk-in closet dan outdoor bathroom. Interiornya apik bertema laut, furniturnya serba kayu yang mewah, peralatan dapur yang serba canggih, ada TV room, kolam renang infinity, tempat main beach volleyball, bahkan dermaga pribadi dengan sun chairs. Setiap sore kami snorkeling di depan, lalu memandang matahari terbenam yang spektakuler. Villa kedua di Bendega Rato di Canggu. Memilih di Canggu karena biar dekat jalan kaki ke mana-mana, termasuk 5 menit ke pantai. Villa ini juga keren dan gede banget – luas bangunannya aja 966 m²! Arsitekturnya bergaya Bali modern, ruangan serba terbuka, furnitur serba kayu antik, taman hijau asri, kolam renang sepanjang 18 meter, kamar tidur serba luas dengan kamar mandi berisi bathtub dan shower yang luas juga, plus ada ruang TV berlayar lebar dengan sound system, serta perpustakaan dengan koleksi buku yang bagus-bagus. Pada akhirnya, meski lokasinya premium, tapi kami jadi mager parah saking nyamannya villa ini! Selama seminggu itu pula, kami keluar Kelebihan villa-villa Elite Havens adalah tersedianya butler service 24 jam dan chef andal (semuanya mematuhi protokol kesehatan) yang bisa kita request sebelumnya. Jadi berasa kayak pindah rumah bersama para asisten rumah tangga! Makan tiga kali sehari dimasakin, jadi tidak perlu ke mana-mana. Sistemnya bisa pilih dari menu yang sudah ada harganya kayak di restoran, atau sistem grocery di mana kita kasih uang belanja ke butler – nanti akan dibelikan bahannya, dikasih bon, dan kita tinggal nambah uang jasa dari total harga di bon aja. Makanannya enak-enak semua dengan penyajian ala fine dining. Untungnya di kedua villa kami, ruang makannya ada dua, kadang kami makan di dalam atau di gazebo luar. Butler ini juga yang membersihkan villa dan merapikan kamar. Jangan khawatir, handuk dan toiletries juga disediakan kok. Ah nikmat banget hidup jadinya! Bener-bener worryless! Pengennya saya tinggal lebih lama tinggal di salah satu villa Elite Havens sambil nulis buku baru gitu. Kalau se-villa berisi beberapa kamar, bisa patungan sih sama teman-teman. Hari gini dengan modal internet kan bisa kerja dari mana aja – untungnya internet di Elite Havens memang mumpuni, semua ruangan ter-cover termasuk di kolam renang. FYI, selain di pulau Bali, villa mereka ada juga di Lombok dan Nusa Lembongan. Atau bisa juga sekalian jauh ke Thailand, Sri Lanka, Maldives dan Jepang! Uhuy! Kalau Anda tertarik dengan konsep liburan dan WFH di villa mewah, cek aja di elitehavens.com. Masa pandemi gini mereka lagi ada promo diskon sampai 80% lho! Tapi jangan lupa tetap jaga protokol kesehatan ya? Stay safe and healthy, folks! Videonya bisa ditonton di sini: |
Posted: 01 Jan 2021 07:25 AM PST Sosis, olahan daging cincang yang diberi bumbu ini tersedia di hampir seluruh muka bumi – bahkan tiap negara maupun daerah punya resep sosisnya masing-masing. Saat traveling di luar negeri maunya hemat dengan masak sendiri di penginapan, sosis pasti masuk ke dalam menu makanan saya karena cara pengolahannya mudah. Di rumah pun, saya pasti nyetok sosis. Bicara soal makanan, menurut saya negara di luar Indonesia yang kulinernya paling enak adalah Jepang. Rasanya semua makanannya nggak ada yang salah. Mau jajanan pinggir jalan, di minimarket, atau di restoran dari murah sampai mahal, enak-enak semua! Ini karena mereka menggunakan bahan-bahan yang berkualitas baik sehingga tanpa perlu banyak bumbu pun rasanya sudah enak. Sosis yang paling terkenal mungkin sosis dari Jerman, tapi pernahkah Anda makan sosis Jepang? Saya sih doyan karena rasanya lebih diterima oleh lidah orang Asia. Nah, saya baru nemu nih sosis kemasan terenak se-Indonesia! Sebagai penggemar sosis dan kuliner Jepang, perpaduan ini sempurna deh! Merek sosisnya Riverland yang pabriknya di Indonesia dan dibuat menggunakan resep koki Jepang. Ini diproduksi oleh NHF-Diamond, yaitu perusahaan joint venture antara perusahaan makanan terdepan di Jepang, NH Foods (mereka meng-endorse klub sepak bola Liverpool lho!) dan Diamond Cold Storage dari Indonesia, lalu didistribusikan oleh PT Sukanda Djaya. Riverland Sausage punya enam varian. Semuanya sudah saya coba dan emang enak-enak semua! Sosisnya terasa daging banget alias tidak terasa tepung sama sekali kayak sosis-sosis lain – bahkan jauh lebih enak daripada sosis di sarapan hotel bintang lima. Ini membuktikan bahwa bahannya memang berkualitas tinggi dengan rasio daging yang pas. Per potongnya pun gendut-gendut. Makan sebiji aja udah lumayan kenyang! Casing-nya aja terbuat dari collagen buatan Jerman dan Spanyol jadi tidak usah dikupas – kalau digigit jadi agak crunchy tapi dagingnya tetap juicy. Namun jangan khawatir, Riverland ini halal dan sudah tersertifikasi dari MUI. Sosis Riverland ini sebenarnya sudah matang (ready to eat in frozen storage), namun enaknya dimakan hangat jadi biasanya saya masak dengan cara direbus, digoreng, atau dimasukin ke dalam air fryer. Meski saya lebih suka makan sosisnya langsung (karena tanpa dikasih saus sambal, mayones, atau mustard, rasa dagingnya sudah nikmat), tapi bisa juga dijadikan isi hot dog, kebab, pasta, nasi goreng, sayuran, dan lain-lain. Berikut review singkat saya tentang masing-masing variannya:
Belinya bisa di supermarket (Hypermart, Lottemart, Lotte shopping, AEON, Grand Lucky, Duta Buah, HERO, Foodhall, Diamond Supermarket, Giant Extra, Farmers Market, Maxim Supermarket). Beli online juga bisa di Official Store Sukanda Djaya yang tersedia di Tokopedia, atau cari aja di Bliblimart, Tanihub, Sayurbox, Bukalapak, dan Shopee. Harga Riverland Sausage sebungkus (isi 5 pcs dengan berat 360 gram) berkisar di antara Rp 58.000 – Rp 68.000. Memang ini harga premium, tapi dengan kualitas dan rasa yang premium sih worth it banget! Oishi né! *lap iler* |
Perjuangan Merenovasi Rumah Impian Posted: 05 Dec 2020 09:36 AM PST I know ini bukan tulisan tentang jalan-jalan. Tapi pada masa pandemi yang sangat minim ke mana-mana, berhasil merenovasi rumah sendiri itu adalah my biggest achievement in 2020! Rumah saya yang berlokasi di kuburan (iya, kuburan! Baca deh di buku The Naked Traveler 4) sebenarnya adalah rumah peninggalan orang tua yang sudah berusia lebih dari 25 tahun. Saya tinggal di sana sejak bapak saya meninggal dunia pada 2002 untuk menemani mama. Eh pada 2014, mama saya meninggal dunia juga. Hiks. Setelah kelar membiayai kuliah adik saya sehingga dia sudah mandiri, jadilah saya tinggal sendiri (plus seorang pembokat galak yang sudah bekerja 30 tahun di keluarga saya). Rumah rasanya jadi terlalu besar, biayanya pun lama-lama meningkat. Gara-gara keseringan nonton HGTV dan "Income Property" di Lifetime, saya jadi terinspirasi untuk merenovasi dan menyewakan sebagian rumah. Lagipula, saya ingin menikmati sisa hidup saya dengan nyaman di kamar dan perabot yang saya inginkan. Maklum, tinggal di rumah orang tua artinya kan seleranya ya selera mereka. Lalu, dapat passive income kan lumayan, apalagi industri buku lagi turun. Sudah lama saya menabung untuk merenovasi rumah. Baru mau mulai dikerjakan awal 2020, eh pandemi datang! Bisa jadi blessing in disguise karena saya jadi ada waktu untuk mengawasi pembangunan, namun perhitungan jadi kacau balau karena pemasukan turun drastis tis tis! Anyway, bagi yang mau renovasi rumah juga, begini tahapannya;
Pertanyaan sejuta umat adalah berapa biaya renovasi rumah? Sungguh saya tidak bisa jawab karena setiap rumah kan unik. Luasnya berapa? Berapa lantai? Apa yang mau direnovasi? Termasuk perabot nggak? Lha, saya habis berapa dong? Silakan membayangkan: luas tanahnya aja 250 m²! *nangis* Masalahnya, semakin tua rumah maka semakin banyak jebakan betmen. Artinya kita nggak tau ada apa di baliknya. Tadinya mau dipertahankan, ternyata udah keropos atau salurannya mampet. Lalu, ada kemungkinan material yang ditawarkan kontraktor ternyata tidak sesuai dengan selera kita, jadilah dana bertambah karena terpaksa membeli material dengan grade lebih premium. Diperparah lagi oleh keinginan yang tidak sesuai dengan RAB awal. Contohnya ketika rumah hampir jadi, eh lantai teras tampak nggak nyambung. Dengan tema minimalis serba putih, masa lantainya keramik warna merah kusam? Jadilah diganti dengan granit abu-abu. Yang kayak begini ini yang bikin boncos! Saya belajar bahwa hukum membangun rumah yang terutama adalah ada harga, ada mutu. Pokoknya benar-benar kelihatan dan terasa bedanya antara material murah dan mahal! Saya selalu ingat kata-kata kontraktor saya ketika menawarkan sesuatu, "Ibu mau murah atau bagus?" saking keduanya susah temenan. Huhuhuu! Kalau di-break down, biaya terbesar adalah ganti atap dan plafon. Lalu bikin perabot (lemari, meja, rak) custom. Secara ruangan, paling mahal adalah bikin kamar mandi dan kitchen set – saya akhirnya menyerah nggak bikin kabinet dapur karena dana terbatas. Untuk menghemat bujet hukumnya adalah sebisa mungkin tidak mengubah layout ruangan karena membongkar tembok dan membangun tembok baru itu biayanya besar. Pertahankanlah pula apa yang bisa dipertahankan, misalnya jendela, pintu, ubin lantai, keramik dinding. Perlu diketahui, kalau mau mengganti hanya sebagian keramik dinding/lantai, kemungkinan besar materialnya sudah tidak diproduksi lagi jadi bakal belang. Kalau mau hemat, harus kuat melihat bedanya (sangat tidak disarankan bagi penderita OCD)! Bila ingin barang yang spesifik dan tidak ketemu di toko bangunan atau harganya mahal, misalnya tutup toilet warna biru, beli aja sendiri di online shop – asal nggak masalah dengan merk. Yang jelas, renovasi rumah itu tidak ada batasnya. Mau dibikin kayak apa aja bisa. Jadi yang membatasi itu hanya kita sendiri: seberapa besar biaya yang kita mau keluarkan dibandingkan dengan tingkat kepuasan? Dari awal prioritas saya adalah kamar saya harus kece, sisanya minim aja. Keramik lantai kamar dan dinding kamar mandi aja yang baru cuma di kamar saya, yang lain dipertahankan. Perabot custom hanya dibikin untuk kamar saya dan perpustakaan. Yang perlu disiapkan selain duit sebenarnya adalah mental. Selama empat bulan saya insomnia, sakit kepala, dan sakit perut karena stres! Kadang karena saya terlalu excited memilih desain dan material, tapi seringnya sih karena urusan duit yang keluar melulu tanpa ada pemasukan yang berarti pada masa pandemi. Ternyata, menyamakan keinginan dan bujet itu berat banget! Pada akhirnya, perjuangan saya merenovasi rumah with sweat, blood and tears terbayar! I finally have my dream home! Semoga bisa membuat almarhum kedua orang tua saya bangga! Dan semoga habis ini, rejeki saya lancar. *Amin yang kenceng!* Kiat tambahan: |
You are subscribed to email updates from The Naked Traveler. To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google, 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar