Selamat Datang di www.cetak-tiketku.blogspot.com, Peluang Usaha Untuk Mengelola Bisnis Penjualan Tiket Di Rumah Anda dengan Mudah ....!


Selamat Datang

Rekan Netter ...

Prospek Bisnis online di bidang penjualan tiket pesawat masih sangat besar peluangnya, selama perusahaan penerbangan masih ada dan dunia pariwisata terus berkembang, bisnis tiket pesawat masih layak untuk dipertimbangkan, hal yang perlu diperhatikan adalah menjamurnya pusat penjualan tiket dimana – mana, sehingga daya saing semakin tinggi, perlu suatu terobosan yang inovatif agar tetap bersaing sehat. Ini lah yang menjadi pertimbangan birotiket.com sehingga membuka peluang bisnis online menjadi biro tiket pesawat secara online dengan modal sedikit tetapi hasil yang sangat luar biasa..

Tahukah anda bahwa Internet juga bisa digunakan untuk menjalankan bisnis jutaan rupiah dengan modal terjangkau? Ya, kini anda dapat memanfaatkan Internet agar dapat menghasilkan jutaan rupiah per bulannya.

BERIKUT INI BUKTI KESERIUSAN KAMI
MENGAJAK ANDA MEMULAI USAHA BISNIS TIKET PESAWAT SECARA ONLINE

Menjadi Biro Tiket Pesawat tidaklah sesulit yang anda bayangkan bisa dilakukan kapan saja dimana saja oleh anda yang berprofesi sebagai karyawan, Pengusaha, ibu rumahtangga, mahasiswa, atau siapa saja! DIJAMIN, Anda tidak ingin melewatkan Peluang berharga ini...

Resiko ? Setiap Bisnis mempunyai resiko, Hal terpenting adalah bagaimana strategi anda mengolah resiko menjadi profit, salah satu cara mencari peluang bisnis dengan nilai investasi yang kecil.

Berapa modal yang anda keluarkan? Untuk menjadi agen penjualan tiket pesawat online sangatlah murah yaitu hanya sebesar Rp. 150000,- saja. Itu tidak seberapa mahal jika dibanding anda menjadi agen penjualan tiket secara offline.

KEUNTUNGAN APA SAJA YANG AKAN ANDA DAPATKAN ?

1. Proses reservasi / booking bisa dilakukan darimana saja dan kapan saja di seluruh wilayah Indonesia.
2. Data yang transparan langsung dari airline.
3. Proses reservasi langsung dilakukan dari sistem airline.
4. Anda bisa mencetak sendiri tiket anda dan penumpang anda bisa langsung terbang.
5. Pembayaran melalui transfer bank sehingga bisa lebih cepat dan akurat.
6. Anda bisa menjual kembali tiket tersebut kepada orang lain dengan harga pasar.

Selain beberapa keuntungan di atas, masih banyak lagi keuntungan yang akan anda dapatkan jika bergabung bersama www.birotiket.com, selengkapnya silahkan klik disini

BISNIS YANG BIASA TETAPI MEMILIKI
POTENSI PENGHASILAN YANG LUAR BIASA


Bergabung? silahkan klik disini

Kamis, 23 Desember 2021

The Naked Traveler

The Naked Traveler


BALAS DENDAM SI TINDERELLA

Posted: 22 Dec 2021 09:05 PM PST

Karya: Tanti* (Pemenang #LombaKelasTrinity)

Sebenarnya saya enggan cari pacar lewat internet. Tapi akhirnya saya instal aplikasi kencan bernama Tinder gara-gara sobat saya terus mengompori dengan menceritakan kencan-kencannya yang seru bersama cowok-cowok yang dikenalnya di dunia maya. Saya pun matched dengan beberapa, dua di antaranya berujung kopdar, tapi langsung bikin ilfil!  Yang pertama terus bermonolog membosankan, sementara yang kedua malah menipu dengan memasang foto profil yang mungkin diambil sekitar dua puluh tahun sebelumnya.

Tinder pun saya campakkan, sampai saya diundang menghadiri pernikahan seorang sahabat dari Italia. Tebak di mana dia dan istrinya berkenalan untuk kali pertama? Ya, Tinder! Menyaksikan serunya pesta mereka, saya pun mengakui bahwa perjodohan virtual ternyata bisa juga berakhir bahagia.

Nah, jadilah saya tergoda lagi. Iseng saja selagi liburan di Eropa. Kota pertama yang saya datangi setelah kondangan adalah Perugia, tempat saya dulu belajar bahasa Italia. Mungkin karena dianggap eksotis, di sini saya malah lebih laku. Semua cowok yang saya geser kanan ternyata langsung match! Karena tidak mungkin melayani semua chat, saya seleksi lewat deskripsi diri panjang yang diakhiri suruhan untuk menyapa dengan sandi 'Ciao, Bella!' dan ancaman bahwa sapaan selain itu akan langsung di-unmatch. Malas 'kan ketemuan sama cowok yang cuma peduli rupa tapi malas baca. Ampuh juga lho, setengahnya langsung gugur!

Saya putuskan untuk kopdar hanya dengan Filippo yang paling nyambung. Kami janjian ketemu keesokan harinya setelah dia selesai crossfit. Saya sendiri sudah ada janji makan malam dengan Mbak Marmi, orang Indonesia yang bermukim di sana, yang lalu saya paksa untuk menemani ke tempat janjian di depan Fontana Maggiore. 

"Sebentar aja, Mbak," rajuk saya. "Untuk pastiin wajahnya betul ganteng dan suaranya tidak cempreng kayak Chipmunk!"

Akhirnya Mbak Marmi luluh. Kami sepakat jika orangnya ternyata aneh, dia akan langsung pura-pura sakit perut dan saya akan maksa untuk mengantarnya pulang. Tetapi jika Filippo ganteng dan normal selama lima belas menit pertama, Mbak Marmi akan pamit pulang duluan dengan alasan hendak meninabobokan anaknya.

Filippo ternyata lebih keren dari fotonya. Dia mentraktir kami minum spritz sambil menemaninya makan di sebuah kafe.

"Jadi, kapan nih kita nikah?" candanya, begitu Mbak Marmi sudah pergi.

Duh, seandainya saja itu bukan guyonan! Kami asyik mengobrol sampai kafe tutup, lalu dia mengusulkan kami pergi ke rumahnya di Assisi. Waktu saya tolak, dia tampak kecewa. Untung dia masih berbaik hati mengantar berjalan kaki hingga ke depan apartemen tempat saya tinggal, namun tidak saya ajak masuk. Lagi-lagi dia tampak kecewa. Seperti yang sudah saya duga, besoknya dia ghosting! Padahal kami sempat janjian akan ketemuan lagi selama saya masih ada di Perugia.

Meski ilfil dengan pengalaman itu, di Milan jari saya gatal lagi ingin geser-geser, apalagi melihat cowok-cowok keren bertebaran di seluruh penjuru kota. Ketemulah saya sama Edoardo, seorang air traffic controller. Malas jalan kaki ke stasiun Metro pakai sepatu bot dan mantel tebal, saya iyakan saja saat dia menawarkan untuk menjemput ke depan apartemen tempat saya menginap. Mobilnya ternyata Mercedez Benz keluaran terbaru, dengan atap convertible dan kursi yang bisa menghangat otomatis di udara dingin.

Dipikir-pikir nekat juga sih, tapi mengingat pesan-pesannya santun dan dia mengajak ketemuan di siang bolong, saya percaya dia tidak akan macam-macam. Dan ternyata, selain tajir dan keren, bahasa Inggrisnya sempurna, tanpa aksen sama sekali. Tampaknya dia pun bangga dengan hal itu, sampai-sampai saat dia menerjemahkan menu, saya tak tega memberitahunya bahwa saya sebenarnya bisa bahasa Italia.

Percakapan kami mengalir lancar sampai dia harus pergi kerja ke bandara sekitar dua jam kemudian. Katanya, jadwal kerjanya yang aneh (dari sore hingga dini hari) membuat dia kesulitan bertemu orang dan menjalin hubungan, karena itulah dia memasang Tinder. Dia mengantar saya kembali pulang dan mengecup kedua pipi saya dengan sopan saat berpamitan.

Saat menaiki bus menuju Austria keesokan subuhnya, saya agak menyesal tidak lebih lama di Milan saja, siapa tahu kisah kami bisa berlanjut, mengingat kencan saya dengan Edoardo bisa dibilang yang terbaik dibanding pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Terinspirasi dari pengalaman positif itu, di Wina saya coba-coba lagi. Bagaikan takdir, lagi-lagi saya 'berjodoh' dengan pemuda Italia. Namanya Antonio, seorang pekerja magang di kantor PBB. Kelakar-kelakar hangatnya amat menghibur di tengah dinginnya cuaca. Demi kopdar sama dia, saya bahkan rela ditinggal Mila, teman traveling saya untuk jalan-jalan ke Bratislava. 

Kami janjian ketemu di McD sebelah Airbnb saya. Tunggu punya tunggu, dia tak pernah muncul alias raib begitu saja! Dengan geram saya pun unmatch dia, meski sempat terbersit dugaan dia tiba-tiba kecelakaan atau mati mendadak.

Skenario nahas itu menguap sehari setelahnya, saat Mila memperlihatkan ponselnya di perjalanan menuju bandara. "Lucu juga nih," kekehnya sambil menatap tangkapannya. "Sayang kita udah mau pulang!"

Mata saya langsung melotot. Itu kan si Antonio! Rupanya dia masih hidup dan sempat-sempatnya mencari mangsa baru! "Kurang ajar!" gerutu saya. "Lelaki macam gitu harus dikasih pelajaran!"

Ide jahil pun mampir di kepala. Saya ingat si Antonio tinggal di wilayah yang jauh dari area bandara. Saya catat hotel yang baru saja kami lewati, sambil membuat profil baru dengan foto-foto palsu, dan mempersempit pencarian lewat rentang umurnya. Begitu dia tertangkap, langsung saya superlike supaya dia ngeh ada cewek seksi yang ngebet ingin kenalan.

Saya bersandiwara jadi musisi muda Hongkong yang hendak mengadu nasib di kota itu, dan menawarinya untuk minum-minum di bar hotel tempat 'saya' menginap. Cowok itu langsung setuju ketemuan malam itu juga, sambil wanti-wanti supaya saya pakai gaun hitam yang seksi (idih!). Seru juga ternyata ngibul virtual daripada bengong menanti jam penerbangan pulang. Dengan rayuan-rayuan nakal, saya berharap kali ini dia tidak akan mangkir lagi.

Beberapa menit sebelum jam delapan, dia memberitahu bahwa dia sudah menunggu di bar. Saya bilang masih dandan dan sebentar lagi akan turun. Setiap dia tanya, saya selalu cari-cari sejuta alasan. Sampai akhirnya dia marah-marah karena sadar sudah tertipu begitu resepsionis yang ditanyainya mengkonfirmasi tidak ada tamu dengan nama (samaran) saya.

Mila ngakak membaca pesan nyolot cowok itu, sementara saya mengklik tombol unmatch sambil tersenyum puas.


*Tanti adalah seorang penerjemah dan pengajar Bahasa Italia yang hobi jalan-jalan, membaca buku, dan bercita-cita bisa menjadi penulis betulan dan traveler yang lebih bernyali seperti Mbak Trinity. Ocehan-ocehan tentang perjalanannya sebelum pandemi bisa dibaca di tantitaliana.wordpress.com.

#LombaKelasTrinity adalah lomba menulis yang ditujukan bagi para peserta kelas "Cara Mudah Menulis Perjalanan" pada 29 Oktober 2021. Tiga pemenang mendapat sesi private coaching menulis dari Trinity dan paket buku dari Bentang Pustaka. Info kelas-kelas daring yang diadakan oleh Trinity dapat diakses melalui blog ini, Instagram dan Twitter @TrinityTraveler.

Rabu, 22 Desember 2021

The Naked Traveler

The Naked Traveler


KENANGAN TOPI PUTIH

Posted: 21 Dec 2021 09:05 PM PST

Karya: Laksmi Proborini* (Pemenang #LombaKelasTrinity)

Umurku, sejauh yang bisa kuhitung adalah 36 tahun. Kulitku putih dan asalku dari Korea Selatan. Aku yakin sekali asal usulku yang satu itu, meski tidak ada yang sanggup membuktikannya. Aku ingat jelas sekali seakan baru saja terjadi, majikan pertamaku adalah seorang pemuda asal Korea Selatan karena saat itu adalah acara Perkemahan Pramuka sedunia di Deokyudae Scout Reservation dan dia menggunakan seragam South Korean's boy scout.

Majikanku itu tinggi, putih, sepertinya masih SMA dilihat dari tinggi badan dan kefasihan bahasa Inggrisnya. Sebagai info saja, pada 1985 di acara berskala internasional, 85% peserta Korea Selatan tidak bisa berbahasa Inggris. Jadi komunikasi dengan peserta dari negara lain terjalin dengan penerjemah. Atau, jika tidak ada penerjemah yang sedang berkeliaran, menggunakan bahasa isyarat seadanya. Aku tidak tahu apakah majikanku itu tampan atau tidak, aku tidak dapat mengingatnya. Bahkan aku tidak ingat nama majikan pertamaku. Ingatanku saat ini hanya berdasarkan ingatan majikanku berikutnya.

Tapi aku ingat bahwa majikanku si pemuda Korea tertarik pada gadis remaja asal Indonesia saat melihatnya menarikan tarian tradisional Indonesia di satu malam musim panas pada Juli 1985 itu. Gadis itu, yang menjadi majikanku sekarang ini, menari begitu gemulai dan juga tangguh, sesuai dengan karakter tariannya yang diangkat dari gerakan bela diri pencak silat. Dia menari sendirian di tengah-tengah penonton yang sebagian besar adalah orang asing dengan percaya diri, luwes, dan memikat hati.

Pucuk dicinta ulam tiba, keesokan harinya saat berjalan mengelilingi bumi perkemahan di waktu senggangnya, si pemuda bertemu dengan si gadis remaja yang juga sepertinya sedang berjalan-jalan melihat-lihat pemandangan. Langsung saja si pemuda mengajak si gadis mengobrol di salah satu tenda kosong di dekat sana. Jangan berpikiran buruk dulu! Mereka hanya duduk dan mengobrol di pintu tenda. Masih banyak Pramuka-Pramuka lainnya yang berseliweran di sekitar mereka. Benar-benar hanya mengobrol. Itu pun sudah menjadi momen yang meninggalkan kesan yang sangat dalam bagi si gadis untuk menjadi kenangan seumur hidupnya.

Si gadis adalah siswi yang cukup berprestasi di sekolahnya, terutama dalam mata pelajaran bahasa Inggris. Tapi dia sangat pemalu. Jika di gugup maka segala macam perbendaharaan kata dalam bahasa Inggris, bahkan bahasa Indonesia juga, akan melayang dari benaknya. Jadi bisa dibayangkan suasana yang terjadi pada saat mereka berdua mengobrol di keteduhan pintu tenda. Memang sih, kebanyakan si pemuda yang bertanya dan si gadis hanya menjawab. Dalam bahasa Inggris tentunya.

Tapi begitu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan si pemuda menjadi semakin sulit (ini murni anggapan dari si gadis karena semakin lama waktu yang dihabiskan mereka mengobrol, semakin gugup dirinya, dan semakin susah dia mengartikan ucapan si pemuda yang menganggap dirinya memiliki kekurangan dalam vocabulary bahasa Inggris), maka sungguh lucu melihat akhir dari obrolan dan pertemuan mereka. Dengan pipi merah padam dan wajah tertunduk, si gadis berkata, "I am so sorry, I can not speak English!" dan hendak beranjak meninggalkan si pemuda. Ya ampun! Memangnya sedari tadi mereka berkomunikasi menggunakan bahasa apa?

Sebelum si gadis sempat berdiri dan meninggalkan tenda, si pemuda segera memakaikan sebuah topi putih cantik berpita cokelat berbunga kuning dan putih ke kepala si gadis, seraya berkata bahwa itu adalah kenang-kenangan darinya. Segera setelah itu, si gadis melarikan diri dengan hati berdebar, kembali ke tendanya sendiri.

Sesudahnya mereka tidak pernah bertemu lagi. Entah karena kegiatan acara yang cukup padat, ataupun karena takdir belaka. Yang pasti si gadis selalu bertanya-tanya dan menyesali diri, mengapa saat mereka bertemu untuk pertama dan terakhir kalinya mereka tidak bertukar alamat, sehingga mereka setidaknya bisa saling berkirim surat. Zaman itu email belum ada, apalagi telepon genggam. Surat adalah cara komunikasi paling umum. Dan si gadis suka sekali berkirim surat dengan teman-temannya di Indonesia dan di luar negeri.

36 tahun berlalu. Ingatanku sekarang hanya milik si gadis. Ingatan tentang perkemahan musim panas di Korea Selatan.  Ingatan tentang betapa bangga dirinya menjadi duta kesenian di acara internasional, mengalahkan peserta satu timnya dari Indonesia untuk menampilkan tarian solo. Ingatan tentang dirinya yang hanya mandi sekali selama lima hari berkemah di pegunungan karena jauhnya jarak kamar mandi umum dan betapa dingin air di sana. Ingatan tentang betapa sulitnya menahan BAB hingga tim mereka kembali ke peradaban, hotel. Iya, majikanku tidak bisa BAB di perkemahan karena toilet umum yang disediakan hanya berupa lubang di tanah, tanpa ada keran air ataupun tisu.

Dan pastinya ingatan tentang pemuda Korea yang menyapa dan mengajaknya mengobrol, yang memberinya hadiah sebuah topi putih cantik. Ingatan tentang penyesalan dirinya yang tidak berusaha melihat wajah si pemuda, penyesalan tidak menghafalkan nama si pemuda, penyesalan tidak menanyakan alamat si pemuda. Juga ingatan tentang gadis remaja pemalu yang pulang naik pesawat sendirian dari Balikpapan ke Tarakan, Tarakan ke pulau Bunyu, dengan memangku sebuah topi putih. Topi yang selalu disimpan dan ditatapnya dengan mata penuh kenangan masa lalu. Topi putih yang akhirnya dimakan usia: aku.


*Laksmi Proborini, ibu rumah tangga, 50 tahun. Bahagia dengan suami yang (sayangnya) rejekinya di luar kota alias LDR, dan satu gadis remaja, plus 2 kelinci. Penggila novel historical romance dan vampire ataupun paranormal romance. Moody crafter.

#LombaKelasTrinity adalah lomba menulis yang ditujukan bagi para peserta kelas "Cara Mudah Menulis Perjalanan" pada 29 Oktober 2021. Tiga pemenang mendapat sesi private coaching menulis dari Trinity dan paket buku dari Bentang Pustaka. Info kelas-kelas daring yang diadakan oleh Trinity dapat diakses melalui blog ini, Instagram dan Twitter @TrinityTraveler.

Selasa, 21 Desember 2021

The Naked Traveler

The Naked Traveler


Bagi-Bagi Sedekah ke Mancanegara

Posted: 21 Dec 2021 12:04 AM PST

Karya: Abe Felisa* (Pemenang #LombaKelasTrinity)

Sejak sekitar 2016 saya aktif menerjemahkan subtitle TED Talks, sebuah platform konferensi ceramah mengenai hampir semua topik dari ilmiah, bisnis, sampai isu global. Ceramah-ceramah ini dibawakan oleh para ahlinya dan kemudian dipublikasikan secara gratis di website TED.com dan channel YouTube TED. Para relawan penerjemah subtitle TED Talks dari berbagai negara ini tergabung di TED Translator Community.

Saya sendiri menerjemahkan TED Talks untuk mengasah keterampilan interpretasi dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. Menerjemahkan subtitle TED Talks bagi saya menyenangkan karena banyak topik yang menarik serta menambah wawasan dan pengetahuan. Selain itu dengan menerjemahkan TED Talks para relawan penerjemah membantu teman-teman yang belum fasih berbahasa Inggris untuk bisa ikut menikmati TED Talks.

Sampai suatu saat di 2018 saya iseng browsing di blog TED Translator dan menemukan bahwa TED sedang membuka aplikasi bagi para TED Translator yang mau mendaftar ke acara TEDSummit 2019 di Edinburgh, Skotlandia, sebagai delegasi. Yang menarik, kalau diterima maka tiket konferensi, tiket pesawat PP, dan akomodasi semuanya bakal ditanggung oleh TED. Saya hitung-hitung waktu itu nilainya kalau dirupiahkan kurang lebih sekitar seratus jutaan karena mahal di tiket konferensinya yang bisa sampai £ 6,000. Lumayan banget!

Akhirnya saya mengumpulkan niat untuk mengajukan aplikasi. Applicant diminta untuk membuat video berdurasi satu menit untuk menjabarkan alasan mengapa TED harus memilih applicant tersebut untuk pergi ke TEDSummit 2019. Singkat cerita aplikasi saya diterima! Jujur waktu terima email dari TED Translator Team saya hepi banget dan hampir nggak percaya! It was the best day of my life… still!

Saat itu saya belum pernah sama sekali menginjakkan kaki ke Eropa. Eh, sekalinya dapat kesempatan ke Eropa dibayarin full! Belum lagi nanti saya juga akan bertemu dan berkenalan dengan delegasi TED Translator lain dari seluruh dunia. OMG, hepinya sampai terasa beberapa hari! Excited banget lah pokoknya!

TEDSummit 2019 berlangsung pada 21-25 Juli 2019 di Edinburgh International Conference Center. Tetapi dua hari sebelum konferensi dimulai sudah ada acara khusus untuk para delegasi TED Translator. Acaranya macam-macam mulai dari kumpul-kumpul biasa, ngeteh dan dinner bareng, sampai yang serius kayak workshop dan syuting video promosi program TED Translator.

Lalu ada satu acara untuk saling bertukar snack lokal dan souvenir. Nama acaranya TED Translators: Sweets Exchange. Saya membawa dodol Garut dan permen N*** N*** yang gampang dibeli di mini market. Seru juga ngeliatin bungkus-bungkus snack dari seluruh dunia walaupun isinya kebanyakan cokelat, permen, dan cookies. Bahkan delegasi dari Tiongkok ada yang membawa permen Susu Kelinci. Yah, ini mah di Glodok juga banyak! Hahaha!

Sweet exchange snacks!

Snack yang cukup berkesan bagi saya waktu itu adalah halva, semacam kudapan manis asal Turki dengan bahan utama tepung semolina. Ini agak mirip Turkish delight dengan isi kacang. Lalu ada juga yang membawa snack yang mirip sama Rambut Nenek yang dijual abang-abang di Jakarta tapi dengan tekstur yang lebih lembut. Sayangnya saya lupa itu dari negara mana. Ini rasanya seperti around the world in a few hours with snacks!

Untuk souvenir tadinya saya sempet bingung mau bawa apa. Kemudian saya teringat di salah satu buku The Naked Traveler, Kak Trinity pernah membawa uang kertas pecahan kecil untuk dijadikan souvenir. Saya pikir itu good idea banget karena selain unik, nggak ada di negara manapun, biaya yang dikeluarkan juga sangat murah. Bawanya pun nggak pakai ribet. Jadi sebelum berangkat pergi lah saya ke bank untuk menukarkan sejumlah uang dengan uang kertas pecahan Rp 1.000,-

Ternyata ide bagi-bagi duit bisa sangat meramaikan suasana. Pertama-tama saya membagikan uang kertas ke beberapa orang. Tiba-tiba ada yang berteriak, “Heeey, Abe is disributing cash!” Sontak semua orang yang mendengar langsung ngantri. Wah, berasa jadi konglomerat bagi-bagi sedekah! Hahaha! Untung duit saya banyak, walaupun cuma pecahan seribuan.

Occasion kedua di mana saya bagi-bagi duit adalah di acara Celebration. Jadi TED mem-book seluruh venue di National Museum of Scotland untuk pesta. Acara ini literally a party; di pojok-pojok ada stall-stall makanan dan di bagian tengah ada live music, mirip sama kondangan. Bedanya lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu tradisional Skotlandia yang bernuansa ramai.

Saat suasana mulai memanas, orang-orang mulai berdansa di depan band live music. Saat itu lah saya mulai lagi bagi-bagi duit buat yang belum kebagian. Teman Korea saya ngeledek, “Mestinya kamu naik ke lantai paling atas lalu sebar duit dari sana!” Delegasi dari India dan Myanmar akhirnya juga ikutan bagi-bagi duit walaupun duitnya udah lecek-lecek, bukan duit baru yang licin dari bank. Lalu terjadilah percakapan seperti ini:

Myanmar: This is Kyats for you.
Korea: Thank you. Sorry, I don’t bring any banknotes.
Myanmar: It’s okay, I accept credit cards.
*tepokjidat*

Saya dapat juga uang kertas dari si India dan si Myanmar masing-masing 10 Rupees dan 1,000 Kyats yang mana masing-masing kalau dirupiahkan nilainya lebih tinggi dari Rp 1.000,-. Jadi untung deh saya! Lalu ada teman Vietnam saya yang bilang, “Wah, ide ini brilian banget! Di Vietnam paling kecil ada pecahan VND 500. Tahu gitu saya bawa juga!” VND 500 itu kalau dirupiahin kira-kira setara dengan 300 Rupiah. Kalau ditukar sama seribuan Rupiah jadi saya deh yang rugi! Hahaha!


*Abe Felisa saat ini sedang menabung pengalaman hidup dan traveling-nya di https://felisabe.com sambil mendalami dunia blogging, penulisan, dan SEO.

#LombaKelasTrinity adalah lomba menulis yang ditujukan bagi para peserta kelas "Cara Mudah Menulis Perjalanan" pada 29 Oktober 2021. Tiga pemenang mendapat sesi private coaching menulis dari Trinity dan paket buku dari Bentang Pustaka. Info kelas-kelas daring yang diadakan oleh Trinity dapat diakses melalui blog ini, Instagram dan Twitter @TrinityTraveler.


Minggu, 19 Desember 2021

You have to pay a debt.

Hi!

Unfortunately, I have some bad news for you.
Several months ago, I got access to the device you are using to browse the internet.
Since that time, I have been monitoring your internet activity.

Being a regular visitor of adult websites, I can confirm that it is you who is responsible for this.
To keep it simple, the websites you visited provided me with access to your data.

I've uploaded a Trojan horse on the driver basis that updates its signature several times per day, to make it impossible for antivirus to detect it. Additionally, it gives me access to your camera and microphone.
Moreover, I have backed-up all the data, including photos, social media, chats and contacts.

Just recently, I came up with an awesome idea to create the video where you cum in one part of the screen, while the video was simultaneously playing on another screen. That was fun!

Rest assured that I can easily send this video to all your contacts with a few clicks, and I assume that you would like to prevent this scenario.

With that in mind, here is my proposal:
Transfer the amount equivalent to 1750 USD to my Bitcoin wallet, and I will forget about the entire thing. I will also delete all data and videos permanently.

In my opinion, this is a somewhat modest price for my work.
You can figure out how to purchase Bitcoins using search engines like Google or Bing, seeing that it's not very difficult.

My Bitcoin wallet (BTC): 1HiTbewnp8XNHy2zdeYQTG3NAicRG7CzuT

You have 48 hours to reply and you should also bear the following in mind:

It makes no sense to reply me - the address has been generated automatically.
It makes no sense to complain either, since the letter along with my Bitcoin wallet cannot be tracked.
Everything has been orchestrated precisely.

If I ever detect that you mentioned anything about this letter to anyone - the video will be immediately shared, and your contacts will be the first to receive it. Following that, the video will be posted on the web!

P.S. The time will start once you open this letter. (This program has a built-in timer).

Good luck and take it easy! It was just bad luck, next time please be careful.