Menurut spesialis andrologi, Wimpie Pangkahila, banyak akibat yang ditimbulkan dari minimnya pengetahuan dan kurangnya keterbukaan seputar hubungan seksual ini. Pasutri, atau salah satunya, tidak merasa bahagia dan terpuaskan, terutama wanita yang lebih sulit mengalami orgasme dibandingkan pria. Dampaknya bukan sekadar persoalan kehidupan seks, tetapi juga kepada kualitas hubungan dan kehidupan rumah tangga.
Wimpie, yang juga Ketua Asosiasi Seksologi Indonesia menjelaskan, kesulitan wanita untuk orgasme disebabkan berbagai hal. Namun, yang lebih penting untuk diketahui adalah pasutri memahami bahwa wanita bukan pelayan seks. Artinya, seks dalam hubungan suami-istri bukan sekadar pemenuhan kebutuhan biologis pria tanpa memerhatikan kebutuhan wanitanya.
"Bila perlu, pria yang dijadikan pelayan karena lebih sulit membuat wanita orgasme. Pria lebih mudah orgasme karena bentuk penis menonjol dan mudah terangsang, sedangkan kelamin wanita sulit dicapai. Karena itu, posisi dalam hubungan seks bagi wanita penting," ungkapnya, di Jakarta beberapa waktu lalu.
Menurut Wimpie, pria perlu menemukan bagian peka rangsangan pada perempuan. Selain mengatur posisi yang mampu memberikan rangsangan dan kepuasan seksual perempuan, kekerasan ereksi pada pria juga turut memengaruhi kepuasan seksual perempuan.
"Wanita bisa multiple orgasme asal pria bisa mengatur ereksi dan tidak cepat ejakulasi," tambahnya.
Selain rangsangan, posisi, dan ereksi, hubungan seks pasutri juga bergantung pada emosi yang terbangun. Komunikasi yang terbuka menjadi kuncinya. Edukasi seks menjadi solusi paling dini. Pasutri perlu lebih terbuka memahami berbagai masalah seputar seksual.
Pola pikir juga memengaruhi karena dengan pemahaman seks yang baik, pria tak sekadar minta dilayani (secara seksual) dari istrinya, namun juga memberikan kebahagiaan kepada istri, dengan lebih terbuka mengenal kebutuhan seksual wanita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar