Dengan memakai kemeja putih, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan penuh percaya diri mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Istana Merdeka, Jakarta, pada Senin 17 September 2014.
Harga premium naik Rp 2.000 menjadi Rp 8.500 per liter dari sebelumnya Rp 6.500 per liter. Sementara harga solar naik Rp 2.000 dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500 per liter. Harga baru itu berlaku mulai Selasa (18/11/2014) pukul 00.00 WIB.
Jokowi sendiri yang mengumumkan harga BBM, tanpa diwakilkan oleh menteri. Pada pengumuman sakral tersebut, Presiden RI ke-7 itu didampingi Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla dan sejumlah menteri Kabinet Kerja.
Ini memang tradisi baru di pemerintahan. Sebab, selama 10 tahun memimpin, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak pernah sendiri mengumumkan kenaikan harga BBM. Pengumuman kenaikan harga BBM selalu dilakukan pejabat setingkat menteri.
Menurut Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Pri Agung Rakhmanto, keputusan Jokowi untuk mengumumkan sendiri kenaikan harga BBM subsidi menunjukkan keberanian orang nomor satu di Indonesia itu.
"Sebetulnya itu ke simbolik politik. Jika dibandingkan Presiden sebelumnya, dia lebih berani," kata Pri Agung , Selasa (18/11/2014)
Sikap ini tentu menguntungkan Jokowi. Masyarakat akan menilai bahwa Jokowi tidak hanya suka pencitraan dengan membuat kebijakan populer, namun dia berani mengambil sikap untuk keputusan yang tidak populer.
Hal ini diamini Ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM), A Tony Prasetiantono. Menurutnya, ini merupakan langkah berani Jokowi demi menyehatkan fiskal Indonesia dan memperoleh ruang fiskal yang lebih besar untuk mewujudkan program-programnya.
"Jokowi sangat berani dan cepat dalam mengambil keputusan. Figurnya juga membuat simpati publik. Tidak seperti Susilo Bambang Yudhoyono yang justru menahan terus kondisi tidak sehat itu," tuturnya.
Sumber: Liputan6.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar