The Naked Traveler |
One random night in Surfers Paradise Posted: 19 Mar 2015 05:00 AM PDT Suatu malam pada Juni 2014, sampai lah saya di Surfers Paradise, Australia. Saya teringat punya teman yang tinggal di situ, yaitu Christian dan Larissa – sepasang Aussie yang pernah traveling bareng di Filipina 10 tahun yang lalu. Thanks to Facebook, saya bisa terhubung lagi dengannya. Akhirnya kami bertemu. Christian mengajak saya "getting pissed", istilah Aussie untuk minum-minum sampe lodoh. Sayangnya Larissa, yang kini telah menjadi istrinya, tidak bisa ikut. Menambah ke-random-an malam itu, saya sedang traveling ke Australia bareng Daniel Mananta, host Indonesian Idol yang ngetop itu. Gile, jalan bareng artis, bo! Eh malam itu Daniel minta ikutan dugem bareng. Ya udah, saya bilang bahwa Christian ini orangnya gokil dan pasti ngaco. Saya sendiri nggak tau mau diajak ke mana. Daniel malah setuju. Christian mengajak kami ke sebuah pesta temannya teman dia. Nah, mulai nih ngaconya. Jadi, Christian punya teman namanya Jack, si Jack ini punya teman namanya Fernanda. Nah, si Fernanda ini adalah cewek Chile yang ngadain farewell party di apartemennya. Lah, masa yang diundang si Jack, yang dateng segerombolan orang tak dikenal? Kata Christian, "No problem! The more the merrier! Party di Australia itu ya begitu, kita datang ke rumah orang sambil bawa minum sendiri." Kami pun mampir ke supermarket untuk membeli bir masing-masing serenteng. Ternyata pesta diadakan di kolam renang apartemen Fernanda. Isinya full sama orang Amerika Selatan. Yep, all the Latinos! Saya tentu semangat karena bisa mempraktekkan bahasa Spanyol yang sudah lama nggak dipakai. Kenalan sana-sini, ngobral-ngobrol, kakak-kikik, jadilah saya berbaur dengan mereka yang kira-kira berjumlah 30 orang. Tentu saya yang paling tua! Rata-rata mereka berusia awal 20an dan ke Australia dengan visa working holiday. Si Daniel pun asyik ngobrol sana-sini, sampai ketika ada cowok Asia yang datang dan menjerit, "Wow! An Indonesian celebrity is in the house!" dan semua orang menoleh ke Daniel. Rupanya dia anak Indonesia yang tinggal di sana. Saya ngakak! Belakangan kami baru tau bahwa pesta ini diadakan Fernanda karena dia akan pergi berlibur 2 minggu di Australia. Duile, ngapain bikin pesta segala ya? Kebanyakan minum, saya pun ke kamar mandi yang berada di basement. Baru aja mengancingkan celana… tiba-tiba lampu mati! Di kegelapan saya merambat keluar. Eh, saya disambut oleh dua orang polisi berseragam! Nah lho, ngapain polisi ada di sini? "Are you the last person in the toilet?" tanyanya. "Yes. But… where are my friends?" Saya melihat area kolam renang yang sepi-pi-pi! Apa-apaan ini? "You are not allowed to have party after 9 PM in this apartement, so your friends may be outside!" Astaga, norak amat pesta dibubarin polisi! Kayak pesta anak ABG aja. Ini baru jam 9 malam dan saya lagi tinggi-tingginya! Saya dihalau keluar oleh polisi. Ternyata semua orang sudah di halaman parkir depan lobi. Teman-teman saya tertawa melihat kepanikan saya. Minum tanggung gini bikin semua orang pengen nerusin pesta. Diputuskan lah untuk meneruskan party di sebuah club. Saya dan Christian berjalan kaki duluan. Jack entah ke mana sama Fernanda. Daniel pulang duluan. Sampai lah kami ke sebuah bar dan memesan bir lagi. Tunggu punya tunggu, sampai sejam, tak kelihatan sebatang hidung pun orang-orang yang di pesta tadi! Jack tidak mengangkat telepon Christian pula. Lama-lama baru sadar bahwa club itu ada di atas bar! Kami pun naik ke atas. Kabar gembiranya, malam itu ada promo free unlimited champagne for ladies dan birnya juga cuma AUD 2.50/botol. Horeee! Di dalam kami pun bertemu dengan geng Fernanda, termasuk Jack yang kelihatan lagi sibuk menggebet. Lagi-lagi saya kebelet pipis. Kata Christian, "Tuh ada di ujung!" Saya pun mengikuti arahnya. Buka pintu club, belok kiri, buka pintu toilet. Widih, toiletnya bersih amat. Sepi pula nggak ada orang. Tumben toilet club keren begini. Begitu kelar, saya buka pintu toilet dan buka pintu ke club. Ehh… kok kekunci? Nah lho! Saya coba lagi dorong yang keras. Masih bergeming. Saya ketok-ketok, tidak ada jawaban. Pintu kayu ini luar biasa tebalnya, sound proof, sampai tidak terdengar keramaian di club. Lha, gimana orang-orang mau ke toilet kalau gini caranya? Saya menunggu 5 menit, kali-kali aja ada orang yang mau ke toilet dan buka pintu. 5 menit lagi menunggu, tidak ada orang yang buka pintu. Saya pun menelepon Christian. Tidak diangkat. Telepon lagi. Tidak ada jawaban. Dan seterusnya sampai berkali-kali. Saya mengirimkan SMS juga tidak dijawab. Oke, plan B. Saya melihat ke sekeliling. Rupanya ini adalah kantor yang sudah tutup dan gelap. Saya mencari pintu Emergency Exit di pojokan. Klik. Terbuka! Tapi… kenapa tangganya banyak banget ya? Lebih dari dua lantai dan ada pintu-pintu lain! Kalau saya keluar tapi pintu satunya tidak terbuka, alamat gawat karena tidak bisa balik lagiii.. Hiyy! Panik, saya balik lagi ke pintu club. Saya gedor-gedor sekuat tenaga sambil teriak, "Help! Help!! Open the door, pleaseee!" Entah berapa kali saya gedor sampai saya kecapekan sendiri dan ngejoprak di lantai. Tiba-tiba… KREK! Pintu terbuka! Seorang bouncer menongolkan kepalanya. Saya langsung nyamber, "Thank you! You saved my life!" dan wussssh… saya lari ke dalam club. Daaan… si Christian dengan santainya lagi joget-joget! "Elu gila telepon nggak diangkat! Gue kekunci lagi di toilet tauk!" kata saya sambil misuh-misuh menceritakan kejadian tadi. Christian pun ngakak kejengkang. "Pantes dari tadi gue tungguin kok lama banget." Ia lalu mengajak saya ke arah toilet. "Ini lihat, sebelum pintu exit itu, ada toilet di samping kirinya. Mata lo aja nggak bener! Mabuk ya?" ledeknya terkekeh. "Buruan minum champagne lagi yang banyak, mumpung gratis!" Kami pun berpesta sampai pagi. Sungguh malam yang random! |
You are subscribed to email updates from The Naked Traveler| The Naked Traveler To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar