Penemuan Badan Narkotika Nasional mengenai adanya ganja yang dicampurkan dalam bahan makanan dan dimasak berbentuk kue brownies dan cokelat ramai diberitakan dalam dua hari ini. Berita tersebut juga menimbulkan kecemasan para orangtua karena khawatir anak-anak mereka tanpa sengaja membeli kue ganja tersebut.
Menurut dokter spesialis saraf Fritz Sumantri Usman, konsumsi ganja, apa pun bentuknya, bisa menimbulkan efek ketagihan.
"Ganja itu menstimulasi kerja di otak kita, dan (hasil) stimulasinya yang menyenangkan. Zat ini akan merilis neurotransmiter dopamin. Efek yang sama juga dihasilkan dari menonton film porno atau makan, tetapi tingkat rilisnya berbeda," kata Fritz di Jakarta, Selasa (14/4/2015).
Berbeda dengan heroin, sabu, atau narkoba lainnya, menurut Fritz, efek ganja ke badan tidak banyak. "Kalau sabu atau amfetamin, efeknya jelas, halusinasi dan sebagainya. Kalau ganja, efeknya hanya menenangkan saja," ujar dokter dari RS Fatmawati, Jakarta, ini.
Karena efeknya tersebut, di dunia kedokteran masih terdapat pro dan kontra mengenai keamanan ganja.
Meski demikian, menurut Fritz, ganja tetap menimbulkan ketagihan. Pemakaian ganja yang terus-menerus bisa membuat dopamin terus dipicu sehingga pusat dopamin akan sedikit over produksi dan menjadi "cepat capek".
"Kondisi itu bisa mengganggu proses pembentukan dopamin pada kemudian hari sehingga ada kemungkinan menderita penyakit parkinson. Bukan berarti orang yang sakit parkinson itu karena ganja. Namun, pemakaian ganja meningkatkan risiko," katanya.
Beberapa penelitian juga menunjukkan penggunaan ganja sejak usia remaja bisa menurunkan tingkat kecerdasan seseorang.
Pemakaian ganja juga bisa menjadi pintu masuk untuk penggunaan narkoba jenis lainnya. "Sama seperti rokok yang bisa jadi pintu masuk bagi zat berbahaya lainnya," tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar