The Naked Traveler |
Posted: 14 Oct 2014 06:54 AM PDT Ingat September 2014 lalu Bentang Pustaka ngadain undian Free Trip bareng saya sambil nobar timnas sepak bola U-19 yang bertanding Piala AFF ke Myanmar? Syaratnya cuman ngumpulin struk pembelian buku-buku The Naked Traveler apapun. Pada 25 September 2014 pengundian dilakukan oleh saya pada saat launching buku #TNTrtw di Togamas, Yogyakarta. Pemenangnya adalah @FathurIrham dan @sisca_lustia. #TriniTrip ini juga akan ditemani oleh pihak promosi Bentang Pustaka, Ditta. Tentu saya hepi berat, karena saya lagi butuh "pelarian" setelah ibu saya meninggal dunia bulan yang lalu. Apalagi saya belum pernah ke Myanmar! Penerbangan kami ke Yangon naik Malaysia Airlines (MH) jam 4.40 pada 10 Oktober 2014. Kami berempat berkumpul di Bandara Soekarno-Hatta jam 2.00 pagi. Saya sampe belum tidur karena takut bablas. Saat check in di konter MH, tiba-tiba si mbak petugas mukanya berubah lalu berkata, "Mau ke Myanmar? Visanya mana?" "Hah? Visa apaan, mbak? Kan WNI bebas visa ke sana!" jawab saya. "Nggak. Harus pake visa. Memang tidak harus apply dulu ke Kedutaan Myanmar, tapi sekarang pake e-visa yang di-apply online, lalu diambil di bandara Yangon." "Hah? Sejak kapan? WNI bebas visa kok! Lha berita-beritanya aja udah ada." "Nggak bisa. Tetap pake e-visa! Ini contohnya…" kata si mbak ngotot sambil menyerahkan selembar fotokopi e-visa orang lain sambil menunjuk-nunjuk. "Nah, harus ada yang kayak begini. Yang ngeluarin ini, ada tandanya begini." "Lah, itu kan e-visa orang Finlandia, bukan Indonesia." "Ya, sama aja. Semua harus begitu sekarang." "Nggak, mbak. Saya yakin free visa kok!" "Yang jelas saya nggak bisa check in-in kalian. Kalau mau protes, tunggu aja staf MH nanti datang 15 menit lagi." JEDER! Dengkul saya langsung lemas. Kami pun melipir mundur, duduk di lantai pojokan bandara. Segera kami browsing lagi dengan kata kunci "visa Myanmar". Eh iya lho, sejak 3 Oktober 2014 ada sistem Visa on Arrival yang harus apply e-visa dulu. Dan… waktu pengurusannya 7-14 hari! Ih, meneketehe! Secara udah yakin bebas visa kok untuk WNI. Astagaa, kasian banget pemenang yang udah ambil cuti. Aduh, bagaimana iniiii? Ditta menghubungi teman-temannya yang sudah berangkat ke Myanmar, tapi tidak ada balasan.. secara baru jam 3 pagi. Hadeuh! 15 menit kemudian kami ke konter lagi untuk ketemu staf MH. "Kalian ke Myanmar ngapain?" tanya bapak MH. "Mau mendukung Indonesia nonton bola U-19!" jawab kami serempak. "Oh, pantes dari kemarin banyak wartawan yang berangkat juga. Eh iya… WNI bisa kok ke Myanmar tanpa visa, tapi cuma dapat 14 hari dan harus ada tiket pulang. Kemarin rombongan wartawan itu nggak punya tiket pulang, akhirnya mereka semua beli di sini dulu sebelum diperbolehkan terbang." Nah, kan! Rese emang tu mbak! "Ada kok tiket pulangnya! Kami Cuma 5 hari di Myanmar." "Eeeh… tapiii… atas nama Ibu XXXXXXXX (nama saya) tidak bisa ikut!" sahut bapak MH lagi. WHAT? "Lah? Kenapa?" tanya saya superkaget. Apa lageee iniii?! "Syarat visa Myanmar paspornya harus berlaku minimal 6 bulan." "Lah, paspor saya kan expire April 2015" "Tapi di sistem kami, paspor ibu 5 bulan 28 hari, atau kurang 2 hari dari 6 bulan!" "2 hari doang?! Ya ampun, Pak. Saya sering kok paspor expire 2 bulan juga masih bisa dipake di Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina. Kan sesama ASEAN dan bebas visa ini. Lagian, perpanjang paspor sebelum 6 bulan juga belum bisa di kantor imigrasi," rayu saya sambil ngeles. "Nggak bisa, bu. Myanmar ini strict banget. Daripada kami yang didenda karena menerbangkan ibu." Dan seterusnya dan seterusnya saya usaha ngeles dan merayu, tetep NGGAK BISA! Ampuun! "Trus solusinya gimana dong?" "Ibu bikin aja paspor yang sehari jadi. Tiketnya saya mundurin sampe besok, jadi ibu bisa nyusul." HAK JLEB! Dengan berat hati (dan dongkol setengah mati), saya harus merelakan nggak jadi barengan pergi Myanmar. Saya pun meminta maaf kepada para pemenang sehingga trip "jalan bareng Trinity" jadinya "jalan bareng Ditta"! Huhuhuuu… Saya pun pulang dengan lunglai. Jam 4 pagi saya browsing gimana caranya bikin paspor sehari. Dari blog-blog orang semua mengatakan bahwa pengurusan paspor memang sehari, tapi diambilnya sehari kemudian. Dan sekarang hari Jumat pula! Aaaaaaaak! Saya ke situs Ditjen Imigrasi pun isinya kabar buruk. Perpanjangan paspor One Day Service sudah ditiadakan, jadinya diganti jadi One Stop Service yang harus submit online, lalu urus ke kantor imigrasi, dan diambil keesokan harinya. Lha, kok malah kemunduran gini! Saya masih usaha dengan submit aplikasi online, eh dapat jadwal ke kantornya aja seminggu kemudian… di semua kantor imigrasi! AAAAAAAAAK! Tak hilang akal, saya pun menghubungi follower saya yang bekerja di imigrasi, kali pake orang dalam bisa lebih cepat. Tapi setelah di-DM, tidak ada balasan. Ya iyalah, masih subuh begini! Saya menghubungi teman saya si Nina yang punya sepupu di imigrasi. Tetap tidak ada balasan. Sampai jam 8.00 saya baru bisa menghubungi orang-orang. Perjuangan hari itu diakhiri dengan jawaban orang imigrasi, "Maaf, mbak. Saya sudah menghubungi teman-teman tapi dengan sistem sekarang ini memang paspor bisa diurus sehari, tapi baru bisa diambil hari Senin." JEDERRR! Pupus sudah harapan! Saya sungguh mohon maaf kepada Bentang Pustaka dan para pemenang #TriniTrip. Setiap hari saya cuma bisa sirik lihat foto-foto mereka jalan-jalan dan nonton bola di Myanmar. Saya jadi mikir, mungkin saya "diberkahi" dengan jalan yang nggak mulus makanya jadi banyak cerita. Hikz. #kzl #zbl — Catatan: |
You are subscribed to email updates from The Naked Traveler| The Naked Traveler To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar